TATUNG: PEREKAT BUDAYA DI SINGKAWANG
DOI:
https://doi.org/10.21831/socia.v14i1.15886Abstract
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam budaya, etnis, agama, bahasa, namun dapat bersatu dalam kemajemukannya. Hal ini merupakan kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah rawan konflik yang sifatnya massif. Terlihat bahwa keberagaman etnis dan budaya di Kalimantan Barat selain merupakan kekayaan budaya juga menjadi salah satu sumbu pemicu konflik. Kota Singkawang merupakan daerah yang multi etnis. Etnis yang ada di kota Singkawang di antaranya adalah : etnis Cina, Melayu, Dayak, Jawa, Madura dan lain-lain. Meskipun terdiri dari berbagai etnis, namun kehidupan di kota Singkawang tidak pernah terjadi keributan antaretnis. Ruang budaya perlu dimanfaatkan lebih serius guna terciptanya keharmonisan antar-etnis dalam upaya meredam konflik. Wadah akulturasi Tionghoa dengan Dayak untuk berkolaborasi sebagai sarana nyata dalam rangka mewujudkan kerukunan yakni melalui Pawai Tatung yang merupakan upacara tahunan dalam merayakan Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat.Downloads
Published
2017-09-22
How to Cite
*, Y. D. P. dan H. Y. (2017). TATUNG: PEREKAT BUDAYA DI SINGKAWANG. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 14(1). https://doi.org/10.21831/socia.v14i1.15886
Issue
Section
Articles
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).

Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.