SENI KUNTULAN BANYUWANGI: Keberlanjutan dan Perubahannya

- Karsono,

Abstract


Kuntulan merupakan seni pertunjukan musik dan tarian yang hidup dan berkembang di Banyuwangi. Kuntulan merupakan potret budaya musik tradisi yang unik, karena di dalamnya menyatukan elemen-elemen musik dari berbagai kebudayaan, di antaranya budaya musik Jawa, Bali dan budaya Osing, masyarakat pribumi asli Banyuwangi. Artikel ini bertujuan untuk melihat realitas kesejarahan dan perkembangan yang terjadi dalam seni Kuntulan. Selain itu, dalam artikel ini juga dibahas mengapa terjadi proses keberlanjuatan dan sekaligus perubahan dalam seni kuntulan, dari seni Islami menuju seni sekuler. Artikel ini merupakan hasil kajian yang menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan, studi diskografi, wawancara, dan studi pustaka. Analisa data menggunakan teknik triangulasi data dengan model analisis budaya yang difokuskan pada tiga ranah yaitu musikal, sosial, dan budaya. Hasil kajian menjelaskan bahwa seni pertunjukan Kuntulan merupakan kelanjutan dari seni pertunjukan Islami yang disebut Hadrah yang berkembang di Banyuwangi seiring masuknya ajaran agama Islam. Dalam perkembangannya sekarang ini, Kuntulan fungsinya tidak hanya untuk aktivitas dakwah Islami tetapi juga untuk fungsi hiburan yang sifatnya sekuler. Perkembangan unsur-unsur sajian pertunjukan, baik unsur musikal maupun tarian dikembangkan berbasis kreasi artistik dan selera estetik masyarakat Osing, meskipun menggunakan elemen-elemen musik dari budaya lain yang ada di Banyuwangi.
Kata kunci: Kuntulan, Banyuwangi

Abstract
Kuntulan is the performing arts of music and dance that live and thrive in Banyuwangi. Kuntulan is a portrait of a unique cultural tradition of music, because it brings together the elements of music from various cultures, including Javanese, Balinese, and Osing musical culture, indigenous peoples of Banyuwangi. This article aims to explain the continuity and change of Kuntulan. Furthermore, this article also discussed why the continuity and change occurs on Kuntulan changes, especially Islamic art toward secular art. This article is the result of a study using qualitative methods, which data collection techniques use an observation, study discography, interviews, and literature. Analysis of the data using data triangulation technique with a model of cultural analysis that focused on three areas, namely musical, social, and cultural. The results of the study explained that Kuntulan is continuance from Islamic performing arts called Hadrah, that growing in Banyuwangi with the entry of Islam. In this current development, Kuntulan function is not only to Islamic missionary activity but also to the secular nature of entertainment functions. The development of the elements of performances, both musical and dance elements are developed based artistic creations and aesthetics tastes of Osing community, despite using musical elements from other cultures that exist in Banyuwangi.
Keywords: Kuntulan, Banyuwangi



DOI: https://doi.org/10.21831/ikadbudi.v3i10.12041

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Cited By

   

 

Ikadbudi