PRINSIP 'OTHAK-ATHIK MATHUK' DALAM PENAFSIRAN FALSAFAH AKSARA JAWA
Downloads
prinsip ini juga mewarnai penafsiran falsafah aksara Jawa. Prinsip tersebut
semula berasal dari istilah 'kerata basa' atau 'jarwa dhosok', yaitu
seni me rjemahkan (memaknakan) kata menurut unsur bunyi. Oleh karena
unsur bunyi itu rnasih dirunut berdasarkan konteksnya, ialah wilayah
budaya yang meliputi situasi dan kondisi budaya, lalu dinamakan etimologi
rakyat. Yakni ilrnu pemaknaan kata sebagai bentuk pola pikir
rakyat.
Dengan keluwesan prinsip di atas, telah melahirkan aneka ragam
penafsiran aksara Jawa, yaitu bahwa aksara Jawa (carakan) dan 'sandangannya'
sebagai falsafah hidup (1) sangkan paraning durnadi, yakni
bahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan akan kembali pada-NYa, (2)
manusia hidup hendaknya mernayu-hayuning bawana, ialah memelihara
ketentaraman hidup, melestarikan budaya, ialah menyelematkan dunia,
dan mengetahui kewajiban hidup, (3) manusia hendaknya mengenal sifatsifat
Tuhan, (4) manusia hendaknya mengetahui eksistensi Tuhan dan
dirinya, (5) hidup rnanusia telah ditentukan oleh takdir, dan (6) bagi
orang yang telah berurnah tangga hendaknya dapat mencapai rasa
(seksual) sejati.
Suwardi, S. (2016). PRINSIP ’OTHAK-ATHIK MATHUK’ DALAM PENAFSIRAN FALSAFAH AKSARA JAWA. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2(2). https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.9229
Jurnal Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan, with ISSN: 0216-1370, is published by the Institute of Education Development and Quality Assurance (LPPMP UNY). Cakrawala Pendidikan has been recently has been re-accredited by Indonesian Ministry of Education and Culture decision Number 51/E/KPT/2017 which is valid for five years since enacted on 4 December 2017.