WAYANG KULIT PURWA LAKON RAMA TAMBAK: SANGGIT DAN WACANA KEKUASAAN SOEHARTO

Darmoko Darmoko,

Abstract


Wayang kulit purwa dari masa ke masa dipergunakan oleh kekuasaan sebagai media propaganda politik. Simbol-simbol dalam wayang kulit purwa dimanfaatkan oleh penguasa untuk mempengaruhi masyarakat agar mengikuti  nilai-nilai yang telah dirancang dalam sebuah pertunjukan wayang kulit purwa. Ketika presiden Soeharto berkuasa wacana kekuasaan tergambar dan berkelindan di dalam pergelaran. Pergelaran wayang kulit purwa lakon Rama Tambak, tidak terlepas dari wacana kekuasaan Soeharto. Pada bulan Februari 1998 lakon tersebut dipergelarkan di berbagai kota di Jawa untuk membendung marabahaya yang menimpa bangsa Indonesia. Permasalahan dalam paper ini dapat dirumuskan: bagaimana wacana kekuasaan Soeharto beroperasi dan berkelindan di dalam lakon Rama Tambak? Untuk menjawab permasalahan tersebut dipergunakan konsep tentang wacana kekuasaan - pengetahuan dari Foucault dan Gagasan Kekuasaan dalam Kebudayaan Jawa dari Benedict Anderson, serta implementasi metodologi kualitatif.  Pergelaran wayang kulit purwa lakon Rama Tambak oleh Ki Manteb Soedarsono di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta pada 13 Februari 1998 dipergunakan sebagai data kajian. Paper ini berasumsi bahwa wacana kekuasaan beroperasi dan berkelindan di dalam wayang kulit purwa untuk mempengaruhi masyarakat agar dapat turut serta menghentikan malapetaka nasional. Wacana kekuasaan tidak dapat beroperasi secara efektif karena krisis di segala bidang terus berlangsung dan Soeharto dituntut rakyat untuk turun dari tahta kepresidenan.    

 

Kata kunci: wacana kekuasaan, pengetahuan, ruwat, sanggit, wayang.



DOI: https://doi.org/10.21831/ikadbudi.v7i1.24335

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Cited By

   

 

Ikadbudi