MITOS BUNDO KANDUANG SEBAGAI TIRAI NALAR ORANG MINANGKABAU ATAS DUNIANYA
Abstract
Penelitian ini menerapkan teori strulturalisme Levi-Staruss terhadap mitos Bundo Kanduang dalam kaba Cindua Mato dan mempelajari makna yang terkandung di balik mitos itu. Kaba ini ditulis oleh Sy. St Rajo Endah, tahun 1985.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah pembacaan teks, pemenggalan teks atas beberapa episode, penentuan ceritheme, menyusun ceritheme dalam relasi sintagmatik dan paradigmatik, dan membuat tafsir atas mitos secara keseluruhan. Data dianalisis dengan teori struktural Levi-Strauss sebagaimana yang dikerjakannnya dalam analisis mitos Indian yang berjudul “The Story of Asdiwal”.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kaba Cindua Mato merupakan mitos yang diciptakan orang Minangkabau dalam memandang masyarakat dan dunianya yang serba mendua. Sistem kekerabatannya yang matrilineal: yang extended family berhadapan dengan egoisme nuclear family yang bernuansa patrilineal. Melalui mitos Bundo Kanduang, orang Minangkabau mencoba memahami paradoks nilai yang dianutnya. Pertentangan konsep yang harus dibuat seirama. Perbenturan yang harus dibuat harmonis. Mitos Bundo Kanduang adalah legitimasi dari cita-cita harmoni yang harus dilaksanakan oleh orang Minangkabau dalam mengharungi bahtera kehidupan budayanya. Agar sesorang dipandang ada, maka ia harus menciptakan harmoni dengan dunia sekitarnya. Makna mitos Bundo Kanduang ini diperoleh dari analisis yang komprehensif terhadap seratus dua puluh ceritheme yang ditemukan dalam kaba Cindua Mato. Melalui analisis yang menyeluruh itu diperoleh struktur kaba Cindua Mato. Ternyata, terdapat suatu keteraturan-keteraturan dalam mitos Bundo Kanduang yang termuat dalam kaba Cindua Mato. Keteraturan itu berupa struktur isi atau gagasan, ide mitos Bundo Kanduang. Struktur itu mencerminkan cara berpikir orang Minangkabau yang cenderung serba mendua. Benturan nilai anatar matrilineal dengan patrilineal. Konsep matrilineal berhomologi dengan adat, dan konsep patrilineal berhomologi dengan agama Islam. Akan tetapi, dualisme itu harus dibuat harmonis. Ketegangan dalam diri menjadi sesuatu yang tidak terelakkan. Mitos mencoba melerai ketegangan itu.
Kata kunci: mitos, kaba Cindua Mato, mendua
Abstract
The current research applied Levi-Staruss structural theory to Bundo kanduang mythology in the story of Cindua Mato and studies the meaning of it. This story have written by Sy. St Rajo Endah, in1985, the tittle Cindua Mato.
The several steps in data analysisnare reading the text, make several episodes from the text, determining the ceritheme, composing the ceritheme in syntagmatic-paradigmatic correlation, and comprehension interpreting of mythology. The data were analyzed using Levi-Staruss structural theory as ini his analysis of Indian mythology entitled “The Story of Asdiwal”.
The study concluded that the story of Cindua Mato is a mythology created by people of Minangkabau based on the ambigious perspective of their community and world. Their relationship is of matrilineal nature: the extended family versus the egoism of nuclear family having patrilianeal characteristic. Through the mythology of Bundo Kanduang, the Minangkabau people tried to comprehend yhe paradox of their sosial values. The contradicting concept that should be made in accord. A clash that must harmonized. Such mythology represents the legitimacy of a harmonic idealnto be realized by the Minangkabau people in the course of the cultural life. One must created a harmony between he and his surroundings. The nation of Bundo Kanduang mythology was derrived from a comprehensive analysis of 125 ceritheme found in the story of Cindua Mato. The stucture of Cindua Mato story was resulted from such analysis. In fact, there were regularities in Bundo Kanduang mythology contained in the story of Cindua Mato. By regularity we mean a consistency in the structural and idea of Bundo Kanduang mythology. The structure reflects the thinking pattern of the Minangkabau people that tend to be ambigious. A clash of values between matrilineal and patrilineal concept is homologous to tradition, while patrilineal concept is homologous ti Islamic concept. However, such dualism must be harmonized. The tension in oneself is unavoidable. And the mythology tried to reconcile the tension.
Keywords: myth, story of Cindua Mato, ambigous
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.21831/ikadbudi.v5i12.12313
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Cited By
Ikadbudi