Analisis terhadap faktor-faktor determinan dalam implementasi kurikulum muatan lokal

Mursid Triasmanto, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
Laksmi Dewi,

Abstract


Pengkajian terhadap implementasi kurikulum sangat penting termasuk pada kurikulum muatan lokal dengan karakteristik kedaerahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor determinan dalam implementasi kurikulum. Faktor-faktor determinan yang menjadi kajian utama penelitian ini adalah persepsi guru terhadap implementasi kurikulum muatan lokal, pelaksanaan pembelajaran muatan lokal yang dilakukan guru, dan dukungan terhadap guru dalam implementasi kurikulum muatan lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian adalah guru mata pelajaran muatan lokal, yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling. Sampel guru terpilih diminta menyatakan sikap dan pendapatnya terkait variabel penelitian melalui pengisian instrumen penelitian berupa kuesioner tertutup, dengan skala Likert. Teknik uji instrumen yang digunakan adalah uji keterpahaman, validitas, dan reliabilitas. Data yang berhasil dihimpun kemudian dianalisis menggunakan analisis persentase dan uji t. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum muatan lokal (X1), pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru (X2), dan dukungan guru dalam implementasi kurikulum muatan lokal (X3) antara guru yang mengajar di satuan pendidikan berstatus negeri dan juga swasta. Simpulan yang diperoleh, persepsi guru terhadap pembelajaran sebaiknya ditingkatkan, terutama keyakinan dalam diri guru untuk melandasi pelaksanaan pembelajaran yang terstruktur agar berdampak positif bagi siswa. Dukungan stakeholder pun berimplikasi signifikan terhadap pelaksanaan pembelajaran muatan lokal sehingga perlu dijamin keberadaannya.


Analysis of determinant factors in the implementation of local content curriculum

Research on local content curriculum is very important with its regional characteristics. This study aims to analyze the determinant factors in curriculum implementation. Determinant factors that became the main study of this research were teachers' perceptions of local content curriculum implementation, the local content learning conducted by teachers, and support to teachers in the implementation of local content curriculum. This research uses survey method with quantitative approach. The research sample was the local subject matter teachers, selected using random sampling technique. Selected teacher samples are asked to state their tendencies and opinions related to research variables by filling the research instrument in the form of a closed questionnaire, with a Likert scale. The instrument testing technique used is comprehension, validity, and reliability test. Data collected is then analyzed using percentage analysis and independent-samples t test. The results of the study describe the fact that there is no difference in teacher perceptions of the implementation of the local content curriculum (X1), implementation of learning carried out by teachers (X2), and teacher support in the implementation of local transport curriculum (X3) between teachers teaching in state status education and also private. The conclusion are teachers' perceptions of learning should be improved, especially teachers beliefs to underpin the implementation of structured learning in order to positively impact students. Stakeholder support also has significant implications for the learning implementation so it needs to be guaranteed.


Keywords


determinant factors; curriculum; teachers' perceptions; local content learning

Full Text:

PDF

References


Ali, M. (2014). Memahami riset perilaku dan sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2014). Konsep dan model pengembangan kurikulum, Cetakan Keempat. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2017). Badan bahasa gelar festival dan seminar nasional bahasa ibu 2017. Diakses dari: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/2259

Barton, G. M., Garvis, S., & Ryan, M. E. (2014). Curriculum to the classroom: investigating the spatial practices of curriculum implementation in Queensland schools and its implications for teacher education. Australian Journal of Teacher Education, 39 (3), hlm. 166-177.

Budiwiyanto, A. (2016). Pendokumentasian bahasa dalam upaya revitalisasi bahasa daerah yang terancam punah di Indonesia. Diakses dari: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1823/pendokumentasian-bahasa-dalam-upaya-revitalisasi-bahasa-daerah-yang-terancam-punah-di-i

Hamalik, O. (2009). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Heriyanto, R. (2017, 20 Maret). Keberadaan bahasa Sunda semakin terancam punah. [Online]. Diakses dari: http://www.pikiran-rakyat.com/hidup-gaya/2017/03/20/keberadaan-bahasa-sunda-semakin-terancam-punah-396798

Howley, A., dkk. (2011). Place-based education at island community school. The Journal of Environmental Education, 42(4), hlm. 216–236. DOI: 10.1080/00958964.2011.556682

Hussain, Z., Adeeb, A., & Aslam, H. D. (2011). Curriculum implementation and feedback mechanism at secondary school level in Punjab Pakistan. International Journal of Learning & Development, 1 (2), hlm. 92-98. DOI:10.5296/ijld.v1i2.6645

Komunitas Sekolah Riset Small Intense Class (SIC), Forum Komunikasi Mahasiswa Sekolah Pascasarjana, UPI. (2014). Ekspedisi kurikulum 2013. Bandung: CV. Alfabeta.

Lestari, S. (2012). Pengelolaan kurikulum muatan lokal (KML) bahasa Inggris SD Negeri se-kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 5 (2), hlm. 66-73.

LIPI. (2015, 10 Desember). Bahasa daerah tergerus zaman.Diakses dari: http://lipi.go.id/berita/single/Bahasa-Daerah-Tergerus-Zaman/10436

Mansur, N. (2012). Urgensi kurikulum muatan lokal dalam pendidikan. Jurnal Ilmiah Didaktika, 13 (1), hlm. 68-79.

Miller, J. P. & Seller, W. (1985). Curriculum perspectives and practices. New York & London: Longman.

Muhyidin, A. (2009). Pemertahanan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran sastra di sekolah. Diakses dari: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/node/306

Mulyasa, E. (2010). Kurikulum tingkat satuan penddikan, suatu panduan praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2016). Guru dalam implementasi kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Musfah, J. (2015). Peningkatan kompetensi guru: melalui pelatihan dan sumber belajar teori dan praktek. Jakarta: Prenadamedia Group.

Natadipura, Y. (2015, 25 Juni). Bahasa sunda tergerus penutur.Diakses dari: https://www.kompasiana.com/yan_67/bahasa-sunda-tergerus-penutur_550ae58ca33311921c2e3b22

Ornstein, A. C. & Hunkins, F. P. (2017). Curriculum: foundations, principles and issues, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Peraturan Gubernur Jawa Barat 2013 No. 69, Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2007 No. 16, Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2014 No. 79, Muatan Lokal Kurikulum 2013.

Pikiran Rakyat. (2010, 20 Februari). Bahasa sunda terancam punah. Diakses dari: http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2010/02/20/107687/bahasa-sunda-terancam-punah

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Statistik kebudayaan 2016. Jakarta: Sekretariat Jenderal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Rep-Humas Setda Jabar. (2016, 1 Desember). Buka kongres basa sunda X, Aher: bahasa adalah tanda. Diakses dari: http://www.jabarprov.go.id/index.php/news/20241/2016/12/01/Buka-Kongres-Basa-Sunda-X-Aher-Bahasa-Adalah-Tanda

Ririmasse, M. (2014). Pengetahuan arkeologi sebagai muatan lokal: penerapannya di Maluku. Kapata Arkeologi, 10 (1), hlm. 13-22.

Rusman. (2012). Manajemen kurikulum. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sobarna, C. (2007). Bahasa sunda sudah di ambang pintu kematiankah? Makara, Sosial Humaniora, 11 (1), hlm. 13-17. [Online]. Diakses dari: https://media.neliti.com/media/publications/4345-ID-bahasa-sunda-sudah-di-ambang-pintu-kematiankah.pdf

Sobel, D. (2004). Place-based education: connecting classrooms and communities. Massachusetts: The Orion Society.

Sukmadinata, N. S. (2016). Pengembangan kurikulum: teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumardjo, J. (2011). Sunda, pola rasionalitas budaya. Bandung: Kelir.

Suyanto, B. (2015). Implementasi kebijakan pembinaan bahasa daerah di kabupaten Jember, Situbondo dan Banyuwangi. Semiotika, 18(1), hlm. 14–28.

Suyatno, S. (2011). Revitalisasi kearifan lokal sebagai identitas bangsa di tengah perubahan nilai sosiokultural. Metasastra, 4 (1), hlm. 82-89. [Online]. Diakses dari: file:///D:/downloaded%20files/156-338-1-SM%20(1).pdf

Suyitno, Al. (1999). Implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah. Cakrawala Pendidikan, 18 (4), hlm. 174-180.

Tondo, F. H. (2009). Kepunahan bahasa-bahasa daerah: faktor penyebab dan implikasi etnolinguistis. Jurnal Masyarakat & Budaya, 11 (2), hlm. 277-296.

Wahyudin, D. (2014). Manajemen kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yati, D. (2015). Menyelamatkan bahasa daerah melalui pembelajaran bahasa yang komunikatif. Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa (hlm. 157-170), Universitas Bengkulu, Indonesia.




DOI: https://doi.org/10.21831/jpipfip.v12i1.20144

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Supervised by:

Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan has been indexed by:

  

View My Stats