The “Pakeliran Padat” wayang show as an alternative to evoke interest in wayang and gamelan music
Abstract
This study aims to examine the effect of the "Pakeliran Padat" wayang show on the interest and sense of belonging towards wayang and gamelan music (the accompaniment music for wayang show). The study was conducted in the effort to address the concern about the possibility that one of the nation’s cultural resources and a noble form of art, namely the arts of wayang and gamelan, may be abandoned by the future generation as the owner of this heritage. The method used in this study was the quantitative method using the t-test procedure to obtain information about whether the "Pakeliran Padat" wayang show has any effect on the interest of the respondents in wayang kulit and gamelan before and after the show. In this study, students watched the wayang and gamelan show to completion with an appreciative expression in an enjoyable atmosphere. Based on the questionnaires they filled in after the show about their perception on the wayang and gamelan show, it is evident that they enjoyed the show. This indicates a real (significant) difference compared to their perception before watching the wayang and gamelan show several months prior. The difference in mean scores between the before (81.53) and after watching the show (86.40) is 5.13, meaning that it has a significance of 0.012 or smaller than the standard significance number of 0.05.
Keywords : Pakeliran Padat, interest, sense of belonging
Pergelaran wayang “Pakeliran Padat” sebagai alternatif membangkitkan rasa menyukainya sekaligus menyukai musik gamelan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh pertunjukan Wayang Kulit Pakeliran Padat terhadap rasa menyukai dan rasa memiliki terhadap pertunjukan wayang kulit dan terhadap musik gamelan (musik pengiring pertunjukan wayang kulit). Hal ini dilakukan oleh karena adanya upaya untuk menepis keprihatinan terhadap kemungkinan ditinggalkannya salah satu kekayaan budaya berupa seni yang agung yaitu seni pewayangan dan gamelan oleh oleh pemilik/pewarisnya sendiri (generasi penerus bangsa). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan menggunakan prosedur uji-t untuk mendapatkan informasi ada dan tidaknya pengaruh pertunjukan wayang kulit pakeliran padat terhadap suka atau tidak sukanya responden terhadap wayang kulit dan gamelan, antara sebelum dan sesudah adanya pertunjukan wayang kulit dan gamelan sebagai pengiringnya. Dalam penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa di samping mahasiswa menonton pertunjukan wayang dan gamelan hingga selesai dengan suasana dan ekspresi yang menyenangkan, ketika usai pertunjukan diminta mengisi kuesioner tentang persepsi mereka terhadap wayang dan gamelan tersebut, ternyata mereka merasa menyukai. Ini berbeda secara nyata (signifikan) dengan keadaan sebelumnya (beberapa bulan sebelum adanya pertunjukan wayang kulit dan gamelan): selisih mean antara sebelum (81,53) dan sesudah (86,40) = 5,13 dengan signifikansi 0,012 lebih kecil dari 0,05 (bilangan standar signifikansi).
Kata kunci : pakeliran padat, rasa menyukai, rasa memiliki
Full Text:
PDFReferences
Groenendael, V. M. C. (1985). The Dhalang Behind the Wayang. Leiden: Koninklijk.
Hadiwinoto, S. (2002). Beberapa aspek pelestarian warisan budaya. A paper presented in Seminar Pelestarian dan Pengembangan Masjid Agung Demak, Demak, 17 Januari 2002.
Irmawati, D.(2006). Pendekatan analisis pola untuk mengetahui pengaruh Karawitan Campur Sari pada vokalisnya, dalam sistem skala nada pentatonis dan diatonis. Jurnal Transmisi, Vol 11. No 1; 6-10. Jogjakarta.
Kuswanto, H., dkk. (2009). Pengembangan Desain Electronic Tone Gamelan Jawa Standar sebagai Seni yang Mendukung Industri Kreatif serta Model Pelestarian Local Genius Melalui Teori Akustik Spektrum Vibrasi. Yogyakarta : Laporan Penelitian Stranas.
Lufri, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Universitas Negeri Padang: Padang.
Miller, C. J. (2005). "Orchids (and Other Difficult Flowers) Revisited: A Reflection on Composing for Gamelan in North America." Worlds of Music 47(3):81-112.
Miller, M. H. (1998). Pengantar Apresiasi Musik (Terjemahan Triyono, Bramantyo). Yogyakarta.
Nketia, J. H. K. (1982). “Developing Contemporary Idioms out of Traditional Music”. Studia Musicologica Academiae Scientiarum Hungaricae, T.24, Supplementum: Report of the Musicological Congress of the International Music Council: 81-97.
Salma, D. P. D. & Siregar, E. (2008). Mozaik Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Group kerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Slameto, S. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta: Jakarta.
Spiller, H. (2004). Gamelan. The Traditional Sound of Indonesia. California : ABC Clio.
Supanggah, S. (2002). Sekar Macapat, CV. Mahenoko, Yogyakarta.
Supriyono, dkk. (2008). Pedalangan untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Suyadi, S. (2002). Kreativitas dalam Seni Karawitan, Makalah Program Pasca Sarjana Institut seni Indonesia Yogyakarta.
Weiss, S. (2009). Gamelan of Central Java II: Ceremonial Music, and: Gamelan of Central Java IV: Spiritual Music (review)Asian Music - Volume 40, Number 1, Winter/Spring 2009, pp. 157-161.
Widodo, S. S. (1996). Ketrampilan Karawitan, CV. Cendrawasih, Surakarta.
Yudoyono, B. (1984). Gamelan Jawa. Jakarta: PT Karya Unipress.
DOI: https://doi.org/10.21831/imaji.v20i2.48955
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Supervised by
Our Journal has been Indexed by:
View My Stats