Nilai lokalitas budaya Madura dalam cerpen-cerpen karya Muna Masyari

Eka Juwita Wijdaniyah, Universitas Negeri Malang, Indonesia
Muakibatul Hasanah, Universitas Negeri Malang, Indonesia
Taufik Dermawan, Universitas Negeri Malang, Indonesia

Abstract


Kelokalitasan suatu daerah dapat ditelusuri melalui karya sastra berupa cerpen yang memotret keunikan budaya. Madura sebagai daerah dengan ragam budaya yang kental dapat dipelajari dan diulas lebih lanjut melalui cerpen-cerpen karya penulis Madura. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai lokalitas budaya Madura dalam cerpen-cerpen karya Muna Masyari menggunakan pendekatan kualitatif studi dokumen. Sebagai dokumen, karya sastra digunakan untuk menelusuri rekam budaya masyarakat. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan kalimat yang menunjukkan narasi dan perilaku yang memuat nilai lokalitas budaya Madura yang kuat berupa carok, pemaknaan hantaran dalam pernikahan, serta ritual tari yang berhubungan dengan mitos di masyarakat. Sumber data penelitian ini adalah kumpulan cerpen Martabat Kematian karya Muna Masyari dan dipilih 3 cerpen berjudul Celurit Warisan, Rumah Hantaran, dan Topeng Gulur. Teknik analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu reduksi data dengan menyeleksi, mengklasifikasi, dan mengorganisasikan data sesuai fokus tujuan; penyajian data dengan menyusun, menyajikan dan membahas temuan; serta simpulan dengan menarik hubungan temuan dan pengambilan tindakan. Hasil analisis data dan pembahasan nilai lokalitas budaya Madura, meliputi: (1) budaya carok masyarakat Madura, (2) pemberian hantaran pada mempelai wanita, dan (3) ritual meminta hujan masyarakat Madura. Muna Masyari dengan penggambaran cerita yang detail mampu memperkenalkan nilai lokalitas budaya Madura melalui sikap-sikap tokoh terhadap adat yang berlaku di masyarakat. Paparan mengenai nilai lokalitas budaya Madura dapat dimanfaatkan pembaca untuk mengenal dan menggali budaya Madura serta dapat meningkatkan kecintaan pembaca mempelajari budaya antardaerah.

Kata Kunci: nilai lokalitas, carok, hantaran, mitos

 

The value of Madura cultural locality in Muna Masyari's short stories

Abstract
The locality of an area can be searched through literary works in the form of poetry that reflect the culture. Madura as an area with a variety of cultures that can be studied and studied further through a book by the author of Madura. This study aims to describe the value of Madurese cultural locality in Muna Masyari's short stories using a qualitative approach to document study. As documents, literary works are used to trace the cultural track record of the community. The data collected are in the form of words and sentences that show narratives and behaviors that contain strong local values of Madurese culture in the form of carok, the meaning of delivery in marriage, as well as dance rituals related to myths in society. The source of the data for this research is a collection of short stories entitled Dignity of Death by Muna Masyari and selected 3 short stories entitled Celurit Heritage, Rumah Hantaran, and Topeng Gulung. The data analysis technique was carried out in three stages, namely data reduction by selecting, classifying, and organizing data according to the focus of the objective; presenting data by compiling, presenting and discussing findings; and conclusions by drawing the relationship between the findings and taking action. The results of data analysis and discussion of the value of Madurese cultural locality, include: (1) the carok culture of the Madurese community, (2) giving gifts to the bride, and (3) the ritual of asking for rain for the Madurese community. Muna Masyari with a detailed story depiction is able to introduce the value of Madurese cultural locality through the attitudes of leaders towards the prevailing customs in society. Exposure to the value of Madurese cultural locality can be used by readers to recognize and explore Madurese culture and can increase the reader's love of studying interregional culture.

Keywords: locality value, carok, delivery, myth


Full Text:

PDF

References


Alfia, R. (2017). Hantaran pernikahan suku Melayu di desa Tanjung Kuyo kecamatan Pangkalan Lesung kabupaten Pelalawan. Jom Fisip, 4(2), 1–14. https://media.neliti.com/media/publications/203995-hantaran-pernikahan-suku-melayu-di-desa.pdf.

Bhawuk, D. P. S. (2017). Cultural value dimensions. The international encyclopedia of intercultural communication, 1–17. https://doi.org/10.1002/9781118783665.ieicc0101.

Budiyono & Feriandi, Y. A. (2017). Menggali nilai nilai kearifan lokal budaya. 1(1), 92–103.

Bustami, A. L. (2014). Carok: Konflik kekerasan dan harga diri orang Madura. Antropologi Indonesia, 0(67), 79–82. https://doi.org/10.7454/ai.v0i67.3430.

Hidayat, L. M. (2021). Simbolisme katak dalam upacara meminta hujan Babangkongan di desa Surawangi kabupaten Majalengka. 414–425.

Hoelz, A. B. e M. (2001). Sociologias da literatura. Tempo social, revista de sociologia da USP, 28(3), 263–287.

Hudayat, A. Y. (2017). Lokalitas dan kecerdasan budaya. Bahasa dan sastra Indonesia dalam konteks global, 397–404.

Iwana, N., & Hanif, M. (2021). Kesenian Teledek dalam upacara minta hujan di Lembeyan Magetan (Kajian nilai budaya dan potensinya sebagai sumber belajar sejarah). Gulawentah: Jurnal Studi Sosial, 4(1), 46. https://doi.org/10.25273/gulawentah.v4i1.5032

Nilamsari, N. (2014). Memahami studi dokumen dalam penelitian kualitatif. Wacana, 13(2), 177–181.

Oktaviani, E., Hamdi, S., & Kusuma, N. (2021). Tradisi ritual nede sebagai media meminta hujan di makam Embung Puntiq, kecamatan Praya Timur kabupaten Lombok Tengah. 1(October), 186–219.

Rokhyanto, R., & Marsuki, M. (2015). Sikap masyarakat Madura terhadap tradisi Carok: Studi fenomenologi nilai-nilai budaya masyarakat Madura. El-HARAKAH (Terakreditasi), 17(1), 71. https://doi.org/10.18860/el.v17i1.3086.

Salim, M. (2016). Adat sebagai budaya kearifan lokal untuk memperkuat eksistensi adat ke depan. Al Daulah: Jurnal Hukum Pidana dan Ketatanegaraan, 5(2), 244–255. https://doi.org/10.24252/ad.v5i2.4845.

Sama & Stefany, D. (2018). Struktur nilai lokalitas Paparegan Madura sebuah alternatif budaya untuk siswa sekolah. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, III(2), 168–177.

Sukimi, M. F. B. (2004). Carok sebagai elemen identiti manusia manusia (Carok and the formation of Madurese identity). Akademika, 65(1).

Syarifah, Masykurotus; Rusdi, & Tamam, B. (2019). Volume 1 Nomor 1 Juli 2019. Iqtisodina, 1, 27–62.

Wolfreys, J., Robbins, R., & Womack, K. (2013). Key concepts in literary theory: Third edition. Key concepts in literary theory: Third edition, 1–240.

Yashi, A. P. (2018). Ritual Seblang masyarakat Using di Banyuwangi Jawa Timur. Haluan Sastra Budaya, 2(1), 1–18.




DOI: https://doi.org/10.21831/ltr.v21i1.47228

Refbacks





______________________

 

                                 

 

__________________________________________________________________________________________________

 

 

RJI Main logo

 

      

The International Journal of Linguistic, Literature, and Its Teaching at http://http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/ is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

 __________________________________________________________________________________________________ 

 

Flag Counter