BUMIPUTRA AUTHOR’S RESISTANCE TOWARD POLITICAL HEGEMONY AND CANONIZATION OF BALAI PUSTAKA IN THE NOVEL HIKAYAT KADIROEN AND STUDENT HIDJO

Hary Sulistyo, Universitas Sebelas Maret, Indonesia
Endang Sartika, IAIN Purwokerto, Indonesia

Abstract


The ideological and aesthetic contestation of Balai Pustaka, forcing writer‟s resistance particularly Bumiputra writers. The ideological contestation occurs because Balai Pustaka as the apparatus of the Colonial government suppress the resistance attitudes of the indigenous authors. The authors, who ideologically contradicted with the government, resisted the politics of literature through their works. This research is intended to reveal the canonization of Balai Pustaka which governs the aesthetic and ideological standards of literary works and the resistance of Bumiputra authors toward the hegemony of the Dutch East Indies. The method used in this research is descriptive qualitative approach by seeing the text as the representation of hegemony and resistance as well as linking textual and contextual issues to describe literary politics and the reflection of general politics. The objects of this research are the text and historical context represented in the novel Hikayat Kadiroen and Student Hidjo. The results show that Hikayat Kadiroen presents exemplary attitudes of fair leaders in solving peoples‟ problems and representing the identity of Indonesian literature. Whereas Student Hidjo portrayed concern for the Indigenous people by criticisizing the political hegemony on racial basic. The resistance of Bumiputra authors was shown by raising resistance theme toward colonialism in the Dutch East Indies, as a form of resistance toward political hegemony and canonization of Balai Pustaka.

Keywords: hegemony and resistance, Dutch East Indies, cultural identity.

RESISTENSI PENGARANG BUMIPUTERA TERHADAP HEGEMONI POLITIK DAN KANONISASI BALAI PUSTAKA DALAM NOVEL HIKAYAT KADIROEN DAN STUDENT HIDJO

Abstrak
Kontestasi ideologis dan estetis Balai Pustaka, menghadirkan sikap-sikap perlawanan khususnya para penulis Bumiputra. Pertarungan ideologis terjadi karena Balai Pustaka sebagai apparatus pemerintah Kolonial, menekan sikap-sikap perlawanan pengarang Pribumi. Para pengarang yang secara ideologi berseberangan dengan pemerintah, melakukan resistensi atas politik kesusastraan melalui karya-karyanya. Tujuan penelitian ini mengungkapkan kanonisasi Balai Pustaka yang mengatur standar estetis dan idelogis karya sastra dan perlawanan kelompok Bumiputra terhadap hegemoni yang diterapkan di Hindia Belanda. Metode penelitian ini diawali dengan melihat teks sebagai representasi hegemoni dan resistensi dalam novel Hikayat Kadiroen dan Student Hidjo. Menghubungkan persoalan tekstual dan kontekstual untuk menjabarkan politik sastra dan cerminan politik general. Hasil penelitian menunjukan Hikayat Kadiroen menghadirkan sikap keteladanan pemimpin yang adil terhadap rakyat dalam menyeselaikan persoalan dan merepresentasikan identitas kultural kesusastraan Indonesia. Sedangkan Student Hidjo, menunjukkan sikap kepedulian terhadap Pribumi dengan kritik terhadap hegemoni politik atas dasar rasialis. Resistensi pengarang Bumiputra terhadap Balai Pustaka, ditunjukkan dengan mengangkat tema perlawanan terhadap kolonialisme di Hindia Belanda, sebagai bentuk resistensi terhadap hegemoni dan kanonisasi Balai Pustaka.

Kata kunci: hegemoni dan resistensi, Hindia Belanda, identitas kultural.


Keywords


Hegemony and resistance, Dutch East Indies, Cultural identity

Full Text:

PDF

References


Anhari, A. F. (2016). Teknik Propaganda dalam Novel Student Hidjo Karya Mas Marco Kartodikromo. Skripsi. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Anom, E. (2013). Regulasi dan Kebijakan Media Cetak di Indonesia Masa Zaman Penjajah. Jurnal Komunikologi, 10(2), https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Kom/article/view/1063.

Farida, N. & Andalas, E. F. (2019). Representasi Kesenjangan Sosial-Ekonomi Masyarakat Pesisir dengan Perkotaan dalam Novel Gadis Pantai Karya Pramodya Ananta Toer. Kembara: Jurnal Keilmuwan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 5(1), 74-90. DOI: https://doi.org/10.22219/kembara.v5i1.7447.

Faruk. (2010). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kratz, U. (2000). Sumber Terpilih Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: KPG.

Hermawati, M. (2013). Tanam Paksa sebagai Tindakan Eksploitasi. Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah. 1(1), 64-70. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/1123/82.

Indah, W., Maskun., M, Syaiful. (2013). Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Mengenai

Pendidikan bagi Kaum Bangsawan di Indonesia Tahun 1900-1920. Pesagi, Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah. 1(2). http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/476/310.

Ismawati, D. N., Handayani, S., Sumardi. (2017). “The Intelectual's Constribution In The National Movement Of In Indonesian 1908-1928”. Jurnal Historica. 1(2), 2252-4673. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JHIS/article/view/6440.

Kartodiromo, M. M. (2013). Student Hidjo. Yogyakarta: Narasi.

Kurniawan, H. (2014). Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika Perekonomian Petani Jawa 1830-1970. Socia, Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial. 1(2), 163-172. DOI: https://doi.org/10.21831/socia.v11i2.5301.

Mujiyanto, Y & Fuadi, A. (2014). Kitab Sejarah Sastra Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Nugraha, D & Suyitno. (2019). On the Biginning of Modern Indonesian Literature. Humanities & Social Sciences Reviews. 7(6), 604-616. DOI: 10.18510/hssr.2019.7691

Patria, N & Arif, A. (2015). Antonio Gramsci Negara & Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pujiharto., U, Wening., & Amini, M. (2014). Identitas Pra-Indonesia dalam Cerita- Cerita Pra-Indonesia. Litera, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. 13(2), 277-292. DOI: https://doi.org/10.21831/ltr.v13i2.2581

Rosidi, A. (1986). Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Salmon, C. (1985). Sastra Cina Peranakan dalam Bahasa Melayu. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Sastrowardoyo, S. (1983). Sastra Hindia Belanda dan Kita. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Semaoen. (2014). Hikayat Kadiroen. Bandung: Sega Arsy Khazanah Pemikiran Progresif.

Sondarika, W. (2015). Dampak Cultuurstelsel (Tanam Paksa) bagi Masyarakat Indonesia dari Tahun 1830-1870. Jurnal Artefak, 3(1). DOI: http://dx.doi.org/10.25157/ja.v3i1.337.

Sudibyo. (2017). Stereotipe dan Ambivalensi Sosok Bumiputra dalam Novel Kolonial Belanda. Dalam Mencari Formula Baru Kritik Sastra Indonesia. Yogyakarta: Interlude & YASAYO.

Sudibyo (2017). Uncany dan Bayang-Bayang Koloni dalam Novel Poskolonial Hindia Belanda. Litera, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 16(2), 217-227. DOI: https://doi.org/10.21831/ltr.v16i2.15587.

Sulistyo, H. (2018). Kondisi Bahasa dan Sastra di Era Penjajahan sebagai Refleksi Implementasi Undang-Undang Kebahasaan Republik Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengutamaan Bahasa Negara Lanskap Bahasa Ruang Publik: Dimensi Bahasa, Sejarah, dan Hukum.

Sumardjo, J. (1992). Lintasan Sastra Indonesia Modern Jilid I. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Sumardjo, J. (2004). Kesusastraan Melayu Rendah Masa Awal. Yogyakarta: Galang Press.

Suyatno. (2016). Corak Realisme Sosialis dalam Hikayat Kadiroen Karya Semaoen. Jurnal Avatisme. 19(1), 75-87. DOI: https://doi.org/10.24257/atavisme.v19i1.175.75-87.

Tickell, P. (2006). Cinta di Zaman Kolonial Ras dan Roman dalam sebuah Novel Awal Indonesia. Dalam Clearing A Space Kritik Pasca Kolonial tentang Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia KITLV- Jakarta.

Wiyatmi. (2003). Nasionalisme Prakemerdekaan dalam Novel Student Hidjo Karya Mas Marcokartodikromo (Kajian Sosiologi Sastra). Litera, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 2(1), 31-42. DOI: https://doi.org/10.21831/ltr.v2i1.6782.

Yuliati, D. (2018). Pers, Peraturan Negara, dan Nasionalisme Indonesia. Jurnal ANUVA, 2(3), 253-272. DOI: 10.14710/anuva.2.3.253-272.

Zulkarnain. (2011). Dampak Penerapan Sistem Tanam Paksa bagi Masyarakat. Informasi, Kajian Masalah Pendidikan dan Ilmu Sosial, 37(1), No 1, 57-71. DOI: https://doi.org/10.21831/informasi.v1i1.4463.

Website

In Historia magazine, ed 26 Agustus 2017, explained that Semaun was born in 1899 in Curahmalang, Mojokerto, Jawa Timur https://historia.id/persona/articles/semaun-dan-sneevliet-kisah- persahabatan-dua-orang-revolusioner-P9jY

Tempo in the National Press Day edition on February 9, 2017, raised the profile of Mas Marco Kartodikromo as a press figure in the colonial era https://nasional.tempo.co/read/845647/profil- marco-kartodikromo-jurnalis-pergerakan-era-kolonial/full&view=ok

According to Wikipedia, in a nationally agreed size, one bahu is 500 tiles https://www.google.com/search?q=tanah+1+bahu+berapa+hektar&oq=tanah+1+bahu+berapa+h ektar&aqs=chrome..69i57.5100j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8




DOI: https://doi.org/10.21831/ltr.v19i2.26271

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




______________________

 

                                 

 

__________________________________________________________________________________________________

 

 

RJI Main logo

 

      

The International Journal of Linguistic, Literature, and Its Teaching at http://http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/ is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

 __________________________________________________________________________________________________ 

 

Flag Counter