PARADIGMA FEMINISME ISLAM: KELUARGA SEBAGAI SUATU TEAM

Saefur - Rochmat,

Abstract


ABSTRAK

Umat Islam dituntut bersifat responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bila mereka ingin memiliki andil dalam membangun peradaban yang humanis. Mereka tidak bisa tidak mengacuhkan konsep feminisme yang lahir dari perut peradaban Barat karena mereka berkepentingan membela kepentingan umat Islam sendiri, disamping sebagai suatu cara untuk ikut mengarahkan jalannya peradaban modern itu sendiri. Feminisme Islam merupakan suatu koreksi terhadap konsep feminisme Barat yang bersifat sekuler.

Feminisme Sekuler merupakan suatu bentuk protes terhadap ajaran agama Kristen yang dinilainya bersikap diskriminatif terhadap wanita. Wanita disalahkan sebagai penyebab terusirnya Adam dan Hawa dari surga. Wanita juga inferior terhadap laki-laki karena dia diciptakan dari tulang rusuk Adam. Feminisme Sekuler merupakan suatu ideologi yang eksklusif karena hanya berpretensi memperjuangkan kepentingan wanita. Kaum feminis menilai keluarga tidak sebagai suatu team, melainkan suatu kontrak antara wanita dan laki-laki baik untuk kepentingan biologis maupun ekonomis. Masing-masing bersifat individualis sehingga rumah tangga mudah sekali berantakan.

Sebaliknya Feminisme Islam dibangun di atas suatu fondasi yang memandang keluarga sebagai suatu team. Dalam kasus tragedi terusirnya Adam dan Hawa, Islam menimpakan kesalahan kepada keduanya. Hawa juga tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, melainkan dari “bahan baku” yang sama (min nafsin wahidatin) karena Allah mencaiptakan manusia secara berpasangan. Dengan demikian, pilar rumah tangga adalah suami dan isteri dan masing-masing bertanggung jawab atas utuhnya bangunan rumah tangga.


Full Text:

PDF PDF


DOI: https://doi.org/10.21831/moz.v2i1.5540

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


 Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Flag Counter

 Web Analytics

View My Stats Mozaik