Nilai-nilai etika dan estetika dalam prosesi upacara perkawinan masyarakat Jawa: wahana pembentukan karakter mulia

Mulyana Mulyana, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kandungan kultural dalam prosesi upacara perkawinan Jawa. Kandungan kultural yang paling mendasar adalah nilai etika dan estetikanya. Nilai etika berkaitan dengan proses dan muatan pembentukan karakter, moral, atau kepribadian orang menjadi lebih baik dan positif. Para pelaku prosesi harus mengikuti irama kedisiplinan dan karakteritik upacara pengantin Jawa. Irama prosesi dan substansi yang terkandung dalam prosesi itu sendiri menuntut tumbuhnya nilai-nilai positif etika, misalnya hormat, patuh, setia, disiplin, kerja keras, cekatan, pintar, dan tanggung jawab. Di samping pembentukan etika, prosesi ini juga menuntut dikembangkannya nilai-nilai estetika (bahasa, budaya, sosial). Pendekatan yang digunakan ialah sosiolinguistik, sosiokultural, dan dilengkapi dengan discourse analysis. Data yang digunakan berupa prosesi perkawinan Jawa dalam upacara perkawinan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa di wilayah Yogyakarta. Hasil dari penelitian ialah; pertama, upacara perkawinan dapat membentuk sikap mental dan karakter yang mantap, diantaranya: disiplin, mandiri,  ramah, berwibawa, dan bisa diteladani. Kedua, unsur-unsur estetika linguistik yang digunakan antara lain tembung saroja, tembung garba, yogyaswara, keratabasa, tembung entar, paribasan, bebasan, saloka, pepindhan, pralambang, purwakanthi, panambang ha-, seselan –in-, seselan –um-, tembung kawi, dan diksi religiusitas. Nilai-nilai estetika kultural dan sosial yang ditemukan antara lain nilai estetika dalam hubungan sosial, persaudaraan, dan anasir budaya Jawa (estetika rumah, busana, dan makanan). Nilai Etika dan estetika tersebut seiring dengan dinamika ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Jawa, yang menjadi konteks upacara perkawinan Jawa, mengalami dinamika dan perubahan-perubahan yang lentur dan akomodatif. Namun perubahan itu tidak menghilangkan substansi utama pentingnya nilai budi pekerti luhur dalam budaya perkawinan adat Jawa.

Keywords


nilai etika; estetika; upacara perkawinan Jawa

Full Text:

PDF

References


Atmojo. (1991). Sekar Pahargyan Pengantin. Yogyakarta: Media Pustaka.

Bratawidjaja, Thomas Wijasa. (1995). Upacara Perkawinan Adat Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Halliday. MAK. (1978). Language as Social Semiotics. USA: Edward Arnold.

Halliday, MAK dan Ruqaiya Hassan. (1992). Bahasa, Konteks dan Teks. Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kadarisman, A. Effendi. (1999). Wedding Naratives as Verbal Art Performance: Explorations in Javanese Poetics. Disertasi. Universitas of Hawaii.

Kodiron. (1989). Sekar Setaman. Tatacara Upacara Adat Jawa. Surakarta: Putra Angkasa.

Longacre, Robert E. (1968). Discourse, Paragraph, and Sentence Structure in Selected Philippine Languages. Santa Ana California: The Summer Institute of Linguistics.

Mulyana. (2001). “Penggunaan Unsur Kohesi dan Koherensi dalam Naskah Sesorah Bahasa Jawa”. Laporan Kajian. Yogyakarta: Lembaga Kajian Universitas Negeri Yogyakarta.

Pringgawidagda, Suwarna. (1998). Gita Wicara Jawi Pranatacara tuwin Pamedharsabda. Yogyakarta: Kanisius.

Respationo, Suyadi. (1994). Upacara Mantu Gagrag Surakarta. Semarang: Dahara Prize.

Sutawijaya, Danang. R. (1990). Upacara Penganten Tatacara Kejawen. Semarang: Aneka Ilmu.

Suwarna. (2003). “Estetika Bahasa Pembawa Acara Pengantin Jawa”, Laporan Kajian FBS UNY.

Suyadi, R. (1994). Sekar Setaman. Yogyakarta: CV Cendrawasih.

Yatmana, Rama Sudi. (1988). Tuntunan Kagem Para Panatacara tuwin Pamedharsabda. Semarang: Aneka Ilmu.




DOI: https://doi.org/10.21831/kejawen.v1i1.40557

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Kejawen

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Indexed by: