PEMANFAATAN ABU ENCENG GONDOK DAN PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTERISTIK BATAKO

Nur Aisyah Jalali, Khairil,

Abstract




ABSTRACT
This study aims to utilize water hyacinth in the manufacture of concrete blocks and add insight about technology
ash bricks using water hyacinth as an added ingredient. Test specimen in the form of brick or concrete hollow
brick measuring 40x20x10 cm made from a mixture of cement, sand and water with the composition 1: 4 (ratio by
volume). Ingredients added in the form of ash water hyacinth (AEG) drying and firing the result of water hyacinth
stems. Variations of the test specimen consists of a brick without AEG, AEG and adobe with the addition of up to
25% every 5% increase in the volume of semen. The test includes examining the size, the compressive strength
testing, and water absorption adobe. The measurement results showed that the length, width, and thickness of
brick still within the limits allowed for all specimens. The test results an average compressive strength of concrete
blocks shows that the higher the levels of AEG, the average compressive strength of concrete blocks began to
decline. Based Research and Development Infrastructure (2003b), brick by AEG level of 5% into the quality of III,
the levels of 10% and 15% included in the grade IV, while levels of 20% and 25% are not included in all
categories. The test results of water absorption in the brick does not show a regular trend. According to the
Research and Development Infrastructure (2003b), brick on all variations are included in all of the quality due to
moisture absorption that occurs less than 25% (quality I) and 35% (quality II).
Keywords: hyacinth, brick, size, compressive strength,water absorption
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan enceng gondok pada pembuatan batako dan menambah wawasan
tentang teknologi batako yang menggunakan abu enceng gondok sebagai bahan tambah. Benda uji berupa
batako atau bata beton berlubang berukuran 40x20x10 cm yang dibuat dari campuran semen, pasir, dan air
dengan komposisi 1:4 (perbandingan volume). Bahan tambah berupa abu enceng gondok (AEG) hasil
pengeringan dan pembakaran batang enceng gondok. Variasi benda uji terdiri atas batako tanpa AEG, dan
batako dengan penambahan AEG hingga 25% setiap kenaikan 5% terhadap volume semen. Pengujian meliputi
pemeriksaan ukuran, pengujian kuat tekan, dan penyerapan air batako. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
ukuran panjang, lebar, dan tebal batako masih berada dalam batas yang diperkenankan untuk semua benda uji.
Hasil pengujian kuat tekan rata-rata batako menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar AEG, maka kuat tekan
rata-rata batako semakin turun. Berdasarkan Balitbang Kimpraswil (2003b), batako dengan kadar AEG 5%
masuk dalam mutu III, kadar 10% dan 15% masuk dalam mutu IV, sedangkan kadar 20% dan 25% tidak masuk
dalam semua kategori. Hasil pengujian penyerapan air dalam batako tidak menunjukkan tren yang teratur.
Menurut Balitbang Kimpraswil (2003b), batako pada semua variasi tidak masuk dalam semua mutu karena
penyerapan air yang terjadi kurang dari 25% (mutu I) dan 35% (mutu II).
Kata kunci: batako, enceng gondok, kuat tekan, penyerapan air, ukuran

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.21831/inersia.v12i1.10345

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Nur Aisyah Jalali, Khairil

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

 

Publisher:                   Co-Publisher:

Indexed by:
 
  
 

Supported by:
Jurnal Ilmiah Magister Managemen
 

Social Media:


 Online (e-ISSN): 2528-388X  || Printed (p-ISSN): 0216-762X

Lisensi Creative Commons
INERSIA by https://journal.uny.ac.id/index.php/inersia/index was distributed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.