Pandangan terhadap ketidaksadaran masyarakat menjadi seorang pakar dalam kasus sepakbola di Twitter

Tito Ari Pratama, Gadjah Mada University, Indonesia

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat cyber dalam platform twitter untuk melihat perilaku fans sepak bola Indonesia yang mendukung tim luar negeri. Penelitian virtual deskriptif kualitatif menjadi pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan bantuan pandangan teori psikoanalisis Sigmund Freud juga dengan beberapa pandangan pakar kebudayaan dan media lainnya yang memperkuat argumentasi dalam isi penelitiannya. Platform Twitter dipilih karena sangat dikenal sebagai media sosial yang bebas, sehingga menjadi arena yang cocok sebagai tempat komunitas sepak bola online untuk saling berbagi informasi. Mulai munculnya banyak argument yang menyatakan bahwa “kepakaran” seakan melebur dalam setiap argumentasi sepak bola di dalamnya, bahkan banyak argument menjurus ke arah seperti sarkas, hingga rasisme dan sara. Penelitian ini sendiri melihat tentang pentingnya kepakaran dalam dunia sosial media sepak bola di Twitter, sehingga penting melihat faktor seperti apa yang mempengaruhi argumentasi yang mengagung-agungkan kepakaran ini demi klub kesayangan mereka. Maka. Data memperlihatkan jika fanatisme dan fantasi secara tidak sadar menjadikan pengguna media sosial khususnya pecinta sepak bola seakan menjadi “pakar” jika klub kesayangan mereka dikritik oleh pihak lainnya

Views on the unconsciouseness community become an expert in the case of football on twitter

This study aims to determine the behavior of cyber communities on the twitter platform to see the behavior of Indonesian football fans who support foreign teams. Qualitative descriptive virtual research is the approach used in this study. With the help of Sigmund Freud's psychoanalytic theory, as well as several other cultural and media experts' views that strengthen the arguments in the content of his research. The Twitter platform was chosen because it is well known as a free social media, making it a suitable arena as a place for online soccer communities to share information. Many arguments began to emerge which stated that "expertness" seemed to be dissolved in every football argument in it, even many arguments led to things like sarcasm, to racism and sara. This study itself looks at the importance of expertise in the world of soccer social media on Twitter, so it is important to see what factors influence the arguments that glorify this expertise for their favorite club. So. The data shows that fanaticism and fantasy unconsciously make social media users, especially football lovers, seem to become "experts" if their favorite club is criticized by other parties. make social media users, especially football lovers, seem to become "experts" if their favorite club is criticized by other parties.



Keywords


fans sepakbola, kepakaran, ketidaksadaran, psikoanalisis

Full Text:

PDF

References


Ahlgren, M. (2022). 50 + statistik twitter & fakta untuk 2022 [Information]. Websiterating. https://www.websiterating.com/id/research/twitter-statistics/

Arifianto, N. (2017). Indonesia negara penggila sepak bola nomor dua di dunia [Information]. CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/olahraga/ 20171219204103-142-263606/indonesia-negara-penggila-sepak-bola-nomor-dua-di-dunia.

Asmara, S., & Butsi, F. I. (2020). Twitter dan public sphere: Studi fenomenologi tentang twitter sebagai media alternatif komunikasi politik. STIKP Medan, 2(2). https://ejurnal.stikpmedan.ac.id/index.php/JIKQ/article/view/30.

Cleland, J. (2011). The media and football supporters: A changing relationship. Media, Culture & Society, 33(2), 299-315. https://doi.org/10.1177/0163443710393866.

Febriani, R. (2017). Sigmund Freud vs Carl Jung. Anak Hebat Indonesia.

Flew, T. (2005). New media: An introduction (2nd ed). Oxford University Press.

Gunawan, B., & Ratmono, B. M. (2021). Demokrasi di era post truth. Kepustakaan Populer Gramedia.

Hasbiansyah. (2008). Fenomenologi membuat pengalaman yan dihayati secara aktual sebagai dasar suatu realitas. Mediator, 9(1).

Horo, B. T. (2022, July 20). Dunning-Kruger effect: Alasan kenapa orang merasa paling baik [Information]. Ruang Guru. https://www.ruangguru.com/blog/dunning-kruger-effect.

Johnson, P. (2009). Habermas: Rescuing the public sphere (transferred to digital print). Routledge.

Kriyantono, R. (2010). Teknik praktis: Riset komunikasi. Kencana.

Lim, M. (2017). Freedom to hate: Social media, algorithmic enclaves, and the rise of tribal nationalism in Indonesia. Critical Asian Studies, 49(3), 411-427. https://doi.org/ 10.1080/14672715.2017.1341188.

Nikhols, T. (2018). Matinya kepakaran (R. Meigi, Trans.). KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Salim, A., & Carolina, S. (2001). Teori dan paradigma penelitian sosial. Tiara Wacana.

Semiun, Y. (2006). Teori kepribadian & terapi psikoanalitik Freud. Kanisius.

Udasmoro, W. (Ed.). (2020). Gerak kuasa: Politik wacana, identitas, dan ruang/waktu dalam bingkai kajian budaya dan media. KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Virilio, P. (2005). The information bomb. Verso.




DOI: https://doi.org/10.21831/hum.v1i1.52752

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

p-ISSN: 1412-4009 || e-ISSN: 2528-6722

Indexed by:

      

  


Creative Commons License
Jurnal Penelitian Humaniora by http://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


View Journal Stats

 

Flag Counter