Geografi mengalami dinamika dalam menggambarkan muka bumi sebagai tempat dan ruang bagi manusia melangsungkan kehidupannya mulai dari identifikasi secara sederhana hingga menggunakan model pencatatan dan sketsa kemudian memanfaatkan alat bantu seperti peta, citra radar, statistik, matematika, dan Sistem Informasi Geografi. Dalam pengembangan geografi sesuai untuk menjelaskan fenomena muka bumi dalam konteks kekinian seiring dengan proses perkembangan ilmu dan teknologi. Geografi sebagai ilmu sintetik tentu saja memandang fenomena geosfer dengan pendekatan keruangan, kelingkungan dan kewilayahan diorientasikan pada pemecahan masalah sebagai pertimbangan pengambil kebijakan untuk kesejahteraan umat manusia.
Ketika menolak deterministik geografi meletakkan manusia sebagai faktor utama menawarkan posibilsm kemudian probabilisme mengandung unsur hubungan timbal balik antara alam dan manusia dalam struktur, pola dan proses pada tempat dan waktu tertentu di muka bumi kemudian menekankan kajian antropocentries. Antropocentris menekankan manusia sebagai pusat perhatian geografi sebagai awal semakin berkembangnya devisi geografi manusia. Di Indonesia ketika geografi dikembangkan mulai dari SD sampai perguruan tinggi seolah kurang konsisten terbagi dalam devisi terpisah dalam ranah ilmu alam dan ranah ilmu humaniora. Masih perlu perhatian lebih serius agar geografi manusia dapat memberikan kontribusi pada pengembangan geografi sebagai ilmu dan pemecahan persoalan manusia di muka bumi.