PENGEMBANGAN MASYARAKAT DESA TERTINGGAL BERBASIS KETERPADUAN DAN OTONOMI DAERAH (Studi Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Gedangsari Gunung Kidul)
Abstract
Tulisan ini merupakan kajian atas hasil penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan kawasan desa tertingggal di Gedangsari, salah satu kecamatan di Gunung Kidul. Kajian ini tentang desa tertinggal yang sebagian besar didominasi oleh perbukitan dan berkapur ini difokuskan pada aspek social ekonomi hingga pemberdayaan masyarakat khususnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang didahului dengan pra survey, metode indepth interview, metode penjajakan cepat mengenai desa (Participatory Rural Appraisal) serta penerapan Focus Group Discussion diharapkan kajian pemberdayaan masyarakat menjadi lebih komprehensif Penggabungan beberapa metode ini digunakan untuk menjaring data-data yang diperlukan serta kemungkinan tercapainya dialog antara kelompok-kelompok masyarakat baik di tingkat kecamatan maupun desa. Sumber data adalah para tokoh masyarakat, aparat pemerintahan serta warga masyarakat yang tergabung dalam unit pemberdayaan. Data yang dikumpulkan diklasifikasi sesuai jenis dan sifatnya, direduksi dan dianalisis serta diintepretasikan secara deskriptif kualitatif hingga tertuang dalam tulisan ini.
Beberapa butir temuan penting dari kajian ini bahwa masyarakat yang berbukit, berkapur dan sebagian besar adalah petani (1) memiliki kesadaran akan ketertinggalannya sehingga secara bersama-sama dalam kelompok, swadaya maupun bersama aparat pemerintah desa melakukan deversifikasi usaha dengan berbagai cara antara lain peningkatan ketahanan pangan, peningkatan usaha produktif bidang kerajinan, serta pemberdayaan melalui system kelembagaan (organisasi social), paguyupan, pemuda kelompok petani serta kelembagaan untuk peningkatan partisipasi masyarakat. (2) Keterpaduan dan Otonomi Daerah sebagai bagian proses pemberdayaan tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan oleh karena beberapa kendala antara lain: pemahaman pada kedua konsep tersebut berbeda-beda, belum adanya penjabaran atas model itu serta kesenjangan antara banyaknya program yang belum terimplementasi dengan rencana strategis yang tersusun secara bottom up. Di sisi lain kompleksitas penerapan otonomi daerah secara sosio cultural menjadi kendala implementasi keterpaduan dan otonomi daerah Namun demikian otonomi dan keterpaduan bukanlah menjadi isu penting bagi proses pemberdayaan oleh karena model pengembangan desa tertinggal melalui pemberdayaan individu maupun dinamika kelompok merupakan perpaduan kombinatif yang sustainable
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.
Jurnal Pendidikan Luar Sekolah by http://journal.uny.ac.id/index.php/diklus is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.