Nilai moral dan makna dalam syair tari Toga kerajaan Siguntur

Lady Andly, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Abstract


Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil dari penelitian tentang nilai moral dan makna yang terkandung dalam syair Tari Toga kerajaan Siguntur. Tari Toga menurut cerita turun temurun berasal dari suatu peristiwa nahas yang menimpa Putra Mahkota Raja pada zaman kerajaan. Tari Toga mempunyai dua unsur utama, yaitu gerak dan syair. Syair dalam Tari Toga memiliki arti penting sebagai penyampaian cerita yang dikemas dalam bentuk tarian. Tari Toga pernah hilang dari masyarakat Siguntur sebelum dihidupkan kembali oleh Putri Marhasnida. Sedangkan syair Tari Toga tetap terjaga karena pedendang terus mendendangkan syairnya selama kegiatan Batobo. Syair ini juga memiliki makna tersirat dan nilai moral. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, yaitu menuturkan dan memberikan gambaran tentang objek yang diteliti. Selanjutnya untuk mendeskripsiannya, data diperoleh dan dikumpulkan melalui teknik survei dan wawancara (Penelitian Lapangan) yang dilakukan di lokasi penelitian, yaitu Nagari Siguntur. Data yang digunakan sebagai objek adalah syair yang terkandung dalam Tari Toga kerajaan Siguntur. Berdasarkan hasil penelitian nilai moral yang terkandung yaitu, 1) nilai kepatuhan, 2) nilai kebijaksanaan dan tanggung jawab, serta 3) nilai menepati janji. Sedangkan makna dari syair pada gerak 1) Syair Adhoya, bermakna sebagai bagian sembah dan memohon ampun, 2) Syair Tilamalayo tak ti, bermakna pembelaan, 3) Syair Indodomang, dengan makna pengharapan, 4) Syair Adhoya ke-2, bermakna sembah ke-2, 5) Syair Tatakutindam (Gerak minta ampun), 6) Syair Tatakutindam 2 (Gerak minta ampun), 7) syair suka ria.

 

Kata kunci: makna syair, tari toga, nilai moral

 

Moral values and meaning in the verse of Toga dance in the kingdom of Siguntur

 

Abstract

This article aims to describe the results of research on the moral values and meanings contained in the Siguntur royal Toga dance poetry. The Toga dance according to hereditary stories comes from an unfortunate event that befell the Crown Prince of the King during the royal era. Toga dance has two main elements, namely motion, and poetry. The poetry in the Toga dance has an important meaning as the delivery of a story that is packaged in the form of dance. The Toga dance was lost from the Siguntur community before being revived by Putri Marhasnida. Meanwhile, the lyrics of the Toga dance are maintained because the singers continue to sing their poems during the Batobo activity. This poem also has an implied meaning and moral value. This research was conducted with a qualitative method that produces descriptive data, namely telling and providing an overview of the object under study. Furthermore, to describe it, data were obtained and collected through survey and interview techniques (Field Research) conducted at the research location, namely Nagari Siguntur. The data used as objects are the poems contained in the Siguntur royal Toga dance. Based on the results of the research, the moral values contained are 1) the value of obedience, 2) the value of wisdom and responsibility, and 3) the value of keeping promises. While the meaning of the verse in motion is 1) Adhoya verse, meaning part of worship and asking for forgiveness, 2) Tilamalayo tak ti, meaning defense, 3) Indodomang verse, with the meaning of hope, 4) 2nd Adhoya verse, meaning worship. 2, 5) Tatakutindam (Movement for forgiveness), 6) Tatakutindam 2 (Movement for forgiveness), 7) Poetry for joy.

 

Keywords: meaning of poetry, toga dance, moral value


Keywords


Makna Syair, Tari Toga, Nilai Moral

Full Text:

PDF

References


Amin, A. (1975). Etika: Ilmu akhlak. Terj. K.H. Farid Ma’ruf. Jakarta: Bulan Bintang

Anwar, D. (2001). Kamus lengkap bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama

Asnan, G. (2016). Sungai dan sejarah Sumatera. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Esten, M. (1994). Seni pertunjukan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Kartodirdjo, S., dkk. (2012). 700 tahun Majapahit (1293-1993) suatu bunga rampai. Surabaya: CV Wisnu Murti Surabaya

Moleong, L. J. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya

Muljana, S. (2005). Menuju puncak kemegahan sejarah kerajaan Majapahit. Yogyakarta: PT Lkis Printing Cemerlang

Panji, T. (2015). Kitab sejarah terlengkap Majapahit. Yogyakarta: Laksana

Refisrul, R. Tari Toga dan pewarisannya di Nagari Siguntur. https://www.neliti.com/publications/317213/tari-Toga-dan-pewarisannya-di-nagari-siguntur-kabupaten-dharmasraya

Sumaryono, S. (2003). Restorasi seni tari & transformasi budaya. Yogyakarta: Elkaphi

Turangan, L., dkk. (2014). Seni budaya & warisan Indonesia. Jakarta: PT Aku Bisa

Umar, I. (2020). Fungsi dan makna simbolis tari Toga di kerajaan Siguntur Pulau Punjung Sumatera Barat. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/panggung/article/download/1371/917




DOI: https://doi.org/10.21831/imaji.v20i1.46353

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Supervised by

RJI Main logo


Our Journal has been Indexed by:

       

 Creative Commons License

website statistics View My Stats