TARI KIPAS ASRI

Feri Catur Harjanto, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Abstract


Penelitian ini bertujuan agar 1) masyarakat mengenal Angguk Kipas 2) agar angguk kipas menjadi lebih menarik 3) agar Tari Kipas asri bisa menjadi bahan ajar di sekolah 4) agar Tari kipas asri mampu menjadi magnet generasi muda untuk berkarya. Metode penelitian yang digunakan adalah etnokoreologi, yaitu Etnokoreologi itu sendiri merupakan istilah yang masih sangat muda. Di Amerika istilah ini identik dengan dance ethnology. Sebelum ada istilah etnokoreologi, pertama-tama muncul istilah ethnochoreography atau etnokoreografi di awal tahun 1960-an. Hasil penelitian adalah Proses penciptaan karya tari Kipas Asri tentu mengalami berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi. Terkadang sesuatu yang telah direncanakan faktanya berbeda ketika berada di lapangan, salah satu contoh seperti kesepakatan jadwal latihan dengan pemusik, mengatur jadwal dengan pemusik tidak semudah yang direncanakan karena pemusik memiliki jadwal lain yang sama dengan jadwal latihan karya tari Kipas Aari. Banyak hal yang dialami dalam realisasi proses penciptaan yang justru lebih banyak mengajarkan tentang proses kerja kelompok dalam mencipta sebuah karya tari seperti mengatur emosi ketika para penari atau pemusik sedang bercanda gurau, atau terlambat saat datang latihan. 

Kata Kunci: Tari kipas asri, penciptaan, etnokoerologi 

KIPAS ARI DANCE

This study aims to 1) let people know Angguk Kipas 2) make Angguk Kipas more attractive 3) make Asri Fan Dance be one of the teaching material in school 4) make Asri Fan Dance become a magnet for young generations to perform. The research method used is ethochoreology, which it itself is a new term. In America this term is synonymous with dance ethnology. Before the term ethnocoreology, the term ethnochoreography or ethnocoreography first appeared in the early 1960s. The results of the study show that there are obstacles in the creation process of Kipas Asri dance. Sometimes, something that has been planned turned to be different when in the field, one of the examples is the agreement on a training schedule with musicians, arranging a schedule with musicians is not as easy as it seemed because musicians have other schedules that are similar to the Kipas Aari dance practice’s schedule. Many things are experienced in the realization of the creation process which actually teaches more about group work in creating a dance work such as controlling emotions when dancers or musicians are joking or late when coming to practice. 

Keywords: Kipas Ari dance, creation, ethnokoerology

Full Text:

PDF

References


Ellfeldt, Lois. 1967. A Primer For Choreographers (Pedoman Dasar Penata Tari). Terjemahan Sal Murgiyanto.1977. Jakarta: LPKJ

Hadi, Y. Sumandiyo. 2003. Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi.

Hadi, Y. Sumandiyo. 2011. Koreografi (Bentuk – Tehnik – Isi). Yogyakarta: Cipta Media

Hadi, Y. Sumandiyo. 2012. Seni Pertunjukan Masyarakat Penonton. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Hawkins, Alma M. 1998. Mencipta Lewat Tari, terjemahan Y.Sumandiyo Hadi (2003). Manthili: Yogyakarta.

Hawkins, Alma M. 2003. Moving From Within (Bergerak Menurut Kata Hati).Terjemahan I Wayan Dibia. Jakarta: Kerja Sama Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.




DOI: https://doi.org/10.21831/imaji.v17i1.25735

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Supervised by

RJI Main logo


Our Journal has been Indexed by:

       

 Creative Commons License

website statistics View My Stats