PRODUK SENI NUSANTARA DALAM KONTEKS EKONOMI KREATIF

Muh. Abdul Aziz, Universitas Diponegoro, Indonesia

Abstract


Abstrak

Ekonomi kreatif menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan perekonomian Negara. Kita dapat mengamati bahwa industri kreatif semakin aktif sehingga penyerapan tenaga kerja akan semakin tinggi dan dapat di pastikan pengangguran akan semakin berkurang. Terbukti pada tahun 2014 ekonomi kreatif berkontribusi sebesar 7,1% terhadap PDB nasional, mampu menyerap 12 juta tenaga kerja, serta memberikan kontribusi perolehan devisa negara sebesar 5,8%. Namun beberapa sub-sektor yang ada di dalam ekonomi kreatif, potensi di bidang seni (kriya, seni rupa, tari, dan musik) masih dirasa kurang maksimal. Artikel ini merupakan sebuah upaya menganalisis potensi seni di bidang ekonomi kreatif dalam memaksimalkan penjualan produk/jasa kesenian. Peneliti mencoba mengkaji potensi seni dengan menggunakan teori dari Philip Kotler, yaitu teori bauran pemasaran (marketing mix). Alat-alat bauran pemasaran (marketing mix) yang populer sering digunakan meliputi: produk (product), harga (price), saluran distribusi (place), dan promosi (promotion). Studi ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan metode studi literatur.

Kata kunci: produk seni, ekonomi kreatif, bauran pemasaran.

 

NUSANTARA ART PRODUCTS IN THE CONTEXT OF CREATIVE ECONOMY

Abstract

Creative economy has become one of the backbones of the country’s economy growth. We can observe that the creative industries are increasingly active so the absorption of labor will be higher and can make sure that unemployment will be reduced. Proven in 2014 the creative economy account for 7.1% to GDP, able to absorb 12 million workforce, as well as foreign exchange earnings contributing countries amounted to 5.8%. However, some sub-sectors in the creative economy, the potential in the field of Arts (fine art, craft, dance, and music) are still considered insufficient. This article will analyze the potential of art in economics creative in maximizing the sales of your products/services. Researchers try to assess the potential of art by using the theory of Philip Kotler, i.e. the theory of marketing mix. The tools of marketing mix (the marketing mix) which is popular often used include: product (product), the price (price), the distribution channels (place), and promotion (promotion). This study used a descriptive-qualitative approach using methods of study of literature.

Keywords: art product, creative economic, the marketing mix.


Keywords


Art product; Creative Economic; The Marketing mix; Produk Seni; Ekonomi Kreatif; Bauran Pemasaran

Full Text:

PDF

References


Anggraini, N. 2008. Industri Kreatif. “Jurnal Ekonomi ,” 8(3), 144–151.

Gilarso. 2004. Pengantar ilmu ekonomi makro, edisi revisi. Yogyakarta: Kanisius.

Hadi, Y. S. 2006. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Buku Pustaka.

Hasoloan, J. 2010. Pengantar Ilmu Ekonomi (PIE). Yogyakarta: Deepublish.

Humardani, S. 1980. Dasar-dasar Estetika (terjemahan). Surakarta: Akademi Seni Karawitan Indonesia.

Inpres. 2009. Instruksi Presiden Republik Indonesia, Nomor 6, Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran, Jilid 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Kusmadi. 2010. Seni Kriya Dalam Kehidupan Manusia. Jurnal Ornamen, 7(1), 63–70.

Kuswarsantyo. 2012. Pelajaran Tari: Image Dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak. Jurnal Joged Seni Tari, 3(1), 17–23.

Margono, D. 2007. Apresiasi Seni Rupa dan Seni Teater 2. Perpustakaan nasional: KDT.

Parker, D. W. H. 1946. The Principles of Aestethics. New York: Appleton Century Crafts.

Perpres. 2015. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif. www.Hukum Online, 1–5.

Prier, K.-E. 1999. Inkulturasi Musik Liturgi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Putra, P. A., & Soehartono, F. 2012. Pusat Pagelaraan Pelatihan dan Galeri Seni Tari Tradisional Di Bali. eDimensi Arsitektur, (1), 1–5.

Read, Herbert. 1959. The Meaning Of Art. New York: Pinguin Book.

Romarina, A. 2016. Economic Resilience Pada Industri Kreatif Guna Menghadapi Globalisasi Dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Ilmu Sosial, 15(1), 35– 52.

Saksono, H. 2012. Creative Economy: New Talents For Regional Competitiveness Triggers. Jurnal Bina Praja, 4(2), 93–104.

Sedyawati, Edy. 1992. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: Rajawali Pers – Citra Niaga.

Soedarso SP. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Sukoco, I., & Fadillah, A. R. 2016. The Analysis Of Talent Management Strategy Using Organizational Competency Approach In Pt Pindad (Persero) Bandung City. Jurnal AdBispreneur, 1(1), 85–102.

Sunarya, I. K. 2005. Seni kriya Sebuah Kajian Teks dan Konteks. Jurnal Ornamen Seni Rupa STSI, 2(1), 80–100.

Supriyanto. 2012. Tari Klana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta Perspektif Joged Mataram. Jurnal Joged Seni Tari, 3(1), 1–15.

Sutardi, T. 2007. Antropologi Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: Pt Setia Purna Inves.

Tridayanti, G. 2014. Fungsi Tari Rembara Sebagai Media Komunikasi Budaya Pada Masyarakat di Kabupaten Paser. eJurnal Ilmu Komunikasi, 2(3), 396–405.

UUD, 1945. 2010. Undang Undang Dasar 1945 Amandemen Pertama s/d Keempat. Jakarta: jogja bangkit.

Wijaya, P. 2001. Mengenal lebih dekat: Putu Wijaya Sang Teroris Mental dan Pertanggung Jawaban Proses Kretifitasnya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.




DOI: https://doi.org/10.21831/imaji.v15i1.15686

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Supervised by

RJI Main logo


Our Journal has been Indexed by:

       

 Creative Commons License

website statistics View My Stats