PRINSIP 'OTHAK-ATHIK MATHUK' DALAM PENAFSIRAN FALSAFAH AKSARA JAWA

Suwardi Suwardi,

Abstract


Prinsip OAM telah lekat dalarn masyarakat Jawa. Kehadiran
prinsip ini juga mewarnai penafsiran falsafah aksara Jawa. Prinsip tersebut
semula berasal dari istilah 'kerata basa' atau 'jarwa dhosok', yaitu
seni me rjemahkan (memaknakan) kata menurut unsur bunyi. Oleh karena
unsur bunyi itu rnasih dirunut berdasarkan konteksnya, ialah wilayah
budaya yang meliputi situasi dan kondisi budaya, lalu dinamakan etimologi
rakyat. Yakni ilrnu pemaknaan kata sebagai bentuk pola pikir
rakyat.
Dengan keluwesan prinsip di atas, telah melahirkan aneka ragam
penafsiran aksara Jawa, yaitu bahwa aksara Jawa (carakan) dan 'sandangannya'
sebagai falsafah hidup (1) sangkan paraning durnadi, yakni
bahwa manusia itu berasal dari Tuhan dan akan kembali pada-NYa, (2)
manusia hidup hendaknya mernayu-hayuning bawana, ialah memelihara
ketentaraman hidup, melestarikan budaya, ialah menyelematkan dunia,
dan mengetahui kewajiban hidup, (3) manusia hendaknya mengenal sifatsifat
Tuhan, (4) manusia hendaknya mengetahui eksistensi Tuhan dan
dirinya, (5) hidup rnanusia telah ditentukan oleh takdir, dan (6) bagi
orang yang telah berurnah tangga hendaknya dapat mencapai rasa
(seksual) sejati.

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.9229

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




 

Social Media:

     


 

 Creative Commons License
Jurnal Cakrawala Pendidikan by Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan UNY is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Based on a work at https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/index.

Translator
 
 web
    analytics
View Our Stats