Perencanaan Sistem Pengelolaan Limbah Kandang Ternak di Permukiman Padat untuk Mengurangi Beban Pencemaran Sungai: Studi Kasus pada Kandang Transit UD. Segar Farm, Yogyakarta

Authors

  • Silvy Alfa Salamah Departemen Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta 55281, Indonesia
  • Satoto Endar Nayono Departemen Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta 55281, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.21831/center.v2i1.1963

Keywords:

biogas, fixed dome, limbah ternak, pengelolaan limbah, sungai winongo

Abstract

Pencemaran sungai akibat limbah peternakan merupakan isu lingkungan krusial, terutama di permukiman padat. Di UD. Segar Farm, limbah kotoran sapi dibuang langsung ke Sungai Winongo tanpa pengelolaan sehingga menurunkan kualitas air dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh limbah kotoran sapi yang langsung dibuang ke sungai terhadap kualitas air sungai; (2) Mengetahui pemanfaatan biogas dalam membuka peluang ekonomi tambahan bagi masyarakat sekitar; (3) Mendesain dan merekomendasikan biogas yang efektif dan dapat diterapkan di UD. Segar Farm dilihat dari aspek teknis, sosial, dan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode survei, wawancara, serta pengambilan sampel air limbah sebelum dan sesudah tercampur air Sungai Winongo. Sampel diuji di dua laboratorium, yaitu BBLabkesmas Yogyakarta dan Laboratorium Kualitas Lingkungan Universitas Islam Indonesia untuk mengukur parameter BOD, COD, TSS, TDS, pH, amonia, dan sulfida. Data dianalisis menggunakan metode indeks pencemaran (IP) dan perhitungan dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan social. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar parameter kualitas air sungai tidak memenuhi baku mutu kelas II PP No. 22 Tahun 2021 dengan status mutu air cemar ringan. Dari tiga alternatif tipe biogas, yaitu tipe fixed dome, floating drum, dan balloon, biogas tipe fixed dome berkapasitas 8 m³ dengan diameter sebesar 3 m dan tinggi sebesar 1,5 m dipilih sebagai alternatif terbaik karena konstruksinya yang permanen dan terbuat dari material beton sehingga menjadikannya lebih tahan lama, kokoh, stabil, dan minim perawatan. Selain mengurangi pencemaran, biogas juga menghasilkan potensi pendapatan tambahan sebesar Rp24.090.000,00 per tahun sehingga layak diterapkan di permukiman padat secara berkelanjutan.

Downloads

Download data is not yet available.

References

[1] Junus, M., Akhiroh, P., & Putritamara, J. A. (2023). Pengelolaan limbah ternak (1 ed.). Universitas Brawijaya Press.

[2] Mulyandari, H., & Asyifa, A. (2019). Uji kelayakan tanah pada perencanaan septic tank komunal di lahan berkontur permukiman bantaran sungai Kota Yogyakarta. INERSIA, 15(2), 23-30.

[3] Nayono, S. E. (2010). Metode pengolahan air limbah alternatif untuk negara berkembang. INERSIA, 6(1), 52-64.

[4] Dinas Lingkungan Hidup. (2024). Laporan hasil analisa pemantauan kualitas air 2023.

[5] Amandasari, N., Ainun, S., & Hartati, E. (2016). Studi komparasi sistem pengelolaan sistem sampah dengan biodigester (Kelurahan Cibangkong dan Kelurahan Cilengkrang). Jurnal Rekayasa Lingkungan, 4(2), 74-85.

[6] Kurniawan, A. P. & Sudiyono. (2014). Kapasitas daya dukung jaringan pipa air bersih dan ven gedung lembaga pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. INERSIA, 10(2), 80-92.

[7] Pemerintah Republik Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021, tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

[8] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2003). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

[9] Desromi, F., Putri, Y. E., Lindawati, L., Chimayati, R. L., & Hasmawaty, H. (2022). Organik sampah organik Desa Pandan Dulang Kecamatan Semidang Aji dengan teknologi biodigester. Jurnal Nusantara Mengabdi, 2(1), Article 1.

[10] Sukmana, R. W., SP, M. P., & Muljatiningrum, A. (2023). Biogas dari limbah ternak. Nuansa Cendekia.

[11] Wahyuni, S. (2013). Panduan praktis biogas. Penebar Swadaya Grup.

[12] Anindita, A. Y., Nada, E. I., Sya’roni, M., Rikza, M., & Arafat, A. T. (2020). Pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis energi biogas skala rumah tangga dari kotoran sapi di Desa Selotumpeng Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. Buletin Abdi Masyarakat, 1(1).

[13] Fajriyanto, F., & Damayanti, S. I. (2014). Potensi kotoran sapi untuk memproduksi biogas pada kelompok ternak bibit sapi. Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat 2014, 1(1), 185–195.

[14] Prayitno, H. T. (2015). Pemetaan potensi biogas dan pupuk dari kotoran sapi untuk mendukung wisata pamelo di Desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan Dan IPTEK, 11(2), 103–112.

[15] Ruminta, D. (2020). Analisis perbandingan perhitungan kelayakan finansial konvensional dan syariah. Jurnal Ecodemica, 4(1), 92-102.

Downloads

Published

2024-03-31

How to Cite

Salamah, S. A., & Nayono, S. E. (2024). Perencanaan Sistem Pengelolaan Limbah Kandang Ternak di Permukiman Padat untuk Mengurangi Beban Pencemaran Sungai: Studi Kasus pada Kandang Transit UD. Segar Farm, Yogyakarta. Journal of Civil Engineering and Sustainable Infrastructure (CENTER), 2(1), 66–73. https://doi.org/10.21831/center.v2i1.1963

Issue

Section

Articles