Indeksikalitas leksikon kekerabatan etnis Sasak masyarakat Rembiga Mataram

Wiya Suktiningsih, Universitas Bumigora Mataram, Indonesia
Wahyu Kamil Syarifaturrahman, Universitas Bumigora Mataram, Indonesia
Diah Supatmiwati, Universitas Bumigora Mataram, Indonesia
Billy Sukma Dwiprasetyo, Universitas Bumigora Mataram, Indonesia

Abstract


Perkembangan perekonomian kota Mataram menjadi daya tarik penduduk dari luar kota Mataram untuk pindah dan bertempat tinggal, salah satunya di kelurahan Rembiga. Keadaan tersebut menyebabkan karakteristik masyarakat Rembiga lebih heterogen. Etnis Sasak sebagai masyarakat asli Rembiga dihadapkan pada fenomena tergesernya penggunaan bahasa Sasak dengan bahasa Indonesia. Hal itu mempengaruhi indeksikalitas bahasa Sasak untuk leksikon kekerabatan masyarakat Rembiga. Karena itulah penelitian ini dilakukan, untuk mengidentifikasi berapa banyak leksikon sistem kekerabatan etnis Sasak yang digunakan masyarakat Rembiga dan bagaimana penggunaanya. Metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk mendiskripsikan fenomena kebahasaan dan praktik kultural masyarakat Rembiga. Teknik wawancara dilakukan untuk pengumpulan data dan menggali lebih dalam makna dari leksikon kekerabatan, sedangkan langkah observasi digunakan untuk menjamin kebenaran data yang diperoleh. Analisis makna di dalam leksikon diklasifikasikan berdasarkan tataran generasi keturunan. Hasil penelitian menemukan 20 leksikon kekerabatan yang digunakan, yaitu: amaq, inaq, adiq, kakaq, papuq mame, papuq nine, semeton kuni, semeton pendait, amaq kake, inaq kake, tuaq/amaq saiq, inaq saiq, naken, pisaq, sampu, sampu due kali, wai, baloq, mbiq dan kletok-klatek. Namun hanya 18 leksikon yang masih digunakan saat ini, sedangkan leksikon Mbiq dan Kletok-klatek sudah jarang bahkan tidak lagi dipergunakan karena usia penutur bahasa Sasak rata-rata tidak lebih dari 70 tahun.

Kata kunci: indeksikalitas, leksikon kekerabatan, etnis Sasak, bahasa Sasak, masyarakat Rembiga

 

Indexicality of the Sasak ethnic kinship lexicon of the Rembiga Mataram community

 

Abstract

The economic development of Mataram has attracted residents from outsider to move and live, one of the destinations is Rembiga. The situation causes the characteristics of the Rembiga community more heterogeneous. The Sasaknese as a native of Rembiga is faced phenomenon of shifting language, Sasak and Indonesia. This cause the indexicality of Sasak language for the Rembiga kinship lexicon. This research was conducted, to identify how many lexicons of the Sasaknese kinship system are used by the Rembiga community and how they are used. Qualitative descriptive research method is used to describe the linguistic phenomena and cultural practices of the Rembiga community. Interview technique was carried out for data collection and to dig deeper the meaning of the kinship lexicon, while the observation step was used to ensure the truth of the data obtained. Analysis of meaning in the lexicon is classified based on the level of generation of descendants. The results of the study found 20 kinship lexicon used, namely: amaq, inaq, adiq, kakaq, papuq mame, papuq nine, semeton kuni, semeton pendait, amaq kake, inaq kake, tuaq/amaq saiq, inaq saiq, naken, pisaq, sampu, sampu due kali, wai, baloq, mbiq and kletok-klatek. However, only 18 lexicons are still used today, while the Mbiq and Kletok-klatek lexicon are rarely or even no longer used because the average age of Sasak speakers is not more than 70 years.

Keywords: indexicality, kinship lexicon, Sasaknese, Sasak language, Rembiga community

Keywords


Kinship

Full Text:

PDF

References


BPS. (2010). Angka harapan hidup (Eo) menurut provinsi, kabupaten/kota dan jenis kelamin. Retrieved from https://www.bps.go.id/indicator/40/501/1/angka-harapan-hidup-ahh-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html.

Duranti, A. (1997). Linguistic anthropology. UK: Cambridge University Press.

Fakihuddin, L. (2018). Relasi antara budaya Sasak dan Islam: Kajian berdasarkan perspektif folklor lisan Sasak. SeBaSa, 1(2), 89. https://doi.org/10.29408/sbs.v1i2.1037.

Hale, B., & Wright, C. (1998). A Companion to the philosophy of language. Choice Reviews Online. UK: Blackwell Publishers Ltd. https://doi.org/10.5860/choice.35-3225.

Jamaludin, A. N. (2016). Sistem kekerabatan masyarakat Kampung Sawah di Kota Bekasi. El-Harakah, 17(2), 259. https://doi.org/10.18860/el.v17i2.3347.

Koentjaraningrat. (1981). Pengantar ilmu antropologi. (Radar Jaya Offset, Ed.) (3rd ed.). Jakarta: Radar Jaya Offset - Jakarta.

Mahsun, P. D. (2006). Kajian dialektologi diakronis bahasa Sasak di Pulau Lombok. Yogyakarta: Gama Media.

Mataram, W. (2014). Laporan kinerja pemerintah Kota Mataram Tahun 2014. Kota Mataram. Retrieved from http://sip-ppid.mataramkota.go.id/download-dip-25.

Mbete, A. M. (2013). Penuntun singkat penulisan proposal penelitian ekolinguistik. (A. M. Mbete, Ed.). Denpasar: Penerbit Vidia.

Muhidin, R. (2017). Leksikon kekerabatan etnik Melayu Palembang. Ranah: Jurnal Kajian Bahasa, 6(1), 84–99. https://doi.org/10.26499/rnh.v6i1.258.

Rahardi, R. K. (2022). Lanskap konteks eksternal virtual. Masyarakat Linguistik Indonesia, 40(1), 39–48. Retrieved from http://www.ojs.linguistik-indonesia.org/index.php/linguistik_indonesia/article/view/287.

Rahayu, P., Pujihastuti, E., & Wijayawati, D. (2021). Register jual beli pakan ternak di pasar induk wonosobo sebagai referensi pembelajaran teks negosiasi bahasa indonesia. Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1), 43–60. Retrieved from http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jpbsi/article/download/4031/2365.

Ramli, M. (2017). Tarbawi. Volume, 2 No. 1 Januari-Juni 2017 1. Jurnal Penelitian Tarbawi: Pendidikan Islam dan Isu-Isu Sosial, 2(1), 1–12. https://doi.org/https://doi.org/10.37216/tarbawi.v2i1.136.

Safitri, A. I., Sudarmawan, A., & Sudita, I. ketut. (2017). Batik Sasambo di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Jurnal Pendidikan Seni Rupa Undiksha, 7(1), 14–26. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.23887/jjpsp.v7i1.11399.

Sanjaya, F. (2021). Makna simbolis ritual legha kiwan dalam ritus kelas masyarakat Manggarai Timur: Kajian Etnolinguistik. KULTURISTIK: Jurnal Bahasa Dan Budaya, 5(1), 14–24. https://doi.org/10.22225/kulturistik.5.1.2744.

Situmorang, O., & Sibarani, R. (2020). Tradisi budaya dan kearifan lokal paulak une dan maningkir tangga pada pernikahan Batak Toba di desa Sigapiton kecamatan Ajibata: Kajian antropolinguistik. Jurnal Kompetensi, 14(2), 82–91.

Suara NTB. (2013). Penggunaan bahasa daerah terancam punah, tren bahasa gaul. NTB, Suara, p. 10. Retrieved from https://issuu.com/suarantb/docs/snt07112013/10.

Wiya Suktiningsih. (2016). Leksikon fauna masyarakat Sunda: Kajian ekolinguistik. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 2(1), 138–156. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22225/jr.2.1.54.142-160.




DOI: https://doi.org/10.21831/ltr.v21i3.47905

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




______________________

 

                                 

 

__________________________________________________________________________________________________

 

 

RJI Main logo

 

      

The International Journal of Linguistic, Literature, and Its Teaching at http://http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/ is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

 __________________________________________________________________________________________________ 

 

Flag Counter