NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK DALAM PERSEKOLAHAN DI LOMBOK TIMUR

Habibudin Habibudin, Universitas Hamzanwadi, Indonesia

Abstract


Nilai-nilai kearifan lokal Sasak dapat berperan untuk membangun perdamaian di tengah kehidupan masyarakat. Namun sayangnya nilai-nilai tersebut hanya hidup dalam alam pikiran, belum berperan dalam membentuk sikap dan perilaku damai. Penelitian ini bertujuan meng-analisis nilai-nilai perdamaian dalam nilai-nilai kearifan lokal etnis Sasak pada kehidupan di sekolah. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan jenis grounded theory. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif, yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, pengambilan simpulan. Temuan penelitian menunjukkan nilai-nilai perdamaian yang terkandung dalam nilai-nilai kearifan lokal etnis Sasak terdiri atas 10 (sepuluh) nilai, yakni saling ajinang (saling meng-hormati, menghargai), tertip-terpi (tertib-teratur), teguq (tanggung jawab), solah perateq, (baik hati), soloh (toleransi, cinta damai), tetes (partisipatif), saling saduq (saling percaya), besemeton (persaudaraan), ra’i (empati), dan bedadayan (kerja sama).

THE VALUES OF SASAK LOCAL WISDOM IN SCHOOLING IN EAST LOMBOK

The values of Sasak local wisdom play a role in building peace in people's lives. But unfortunately, these values only live in the realm of the mind, have not played a role in shaping peaceful attitudes and behaviors. This study aims to analyze the values of peace in the local wisdom values of the Sasak ethnic group in school life. This study uses a qualitative paradigm with a type of grounded theory. Collecting data through observation, in-depth interviews, and documentation. Data analysis used an interactive model, namely data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The research findings show that the peace values contained in the local wisdom values of the Sasak ethnic group consist of 10 (ten) values, namely ajinang (mutual respect, respect), tertip-terti (orderly), teguq (responsibility ), solah perateq, (kindness), soloh (tolerance, love of peace), drops (participative), mutual trust (mutual trust), besemeton (brotherhood), ra'i (empathy), and bedadayan (cooperation).


Keywords


Kearifan lokal, Sasak, Persekolahan, Lombok

Full Text:

PDF

References


Abebe, T.T., Gbesso, A., & Nyawalo, P.A. (2006). Peace education in Africa. Addis Ababa: University for Peace.

Amin, A., et al. (1977). Adat istiadat daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Projek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan daerah Depdikbud RI.

Arendt, H. (2003). Teori kekerasan. Yogyakarta: LPIP.

Arzaki, J. (2001). Kearifan budaya suku bangsa Sasak dalam menciptakan kehidupan yang harmonis, dalam Nilai-nilai agama dan kearifan budaya lokal: Suku bangsa Sasak dalam pluralisme kehidupan bermasyarakat. Mataram: Redam.

Asmara, G., Arba & Maladi, Y., (2010). Penyelesaian konflik pertanahan berbasis nilai-nilai kearifan lokal di Nusa Tenggara Barat. Jurnal Mimbar Hukum, 22(1), 1-17.

Behera, S. K. (2013). Role of teacher in peace education. Samwaad: e-Journal, 2 (1), 16-87.

Bogdan, R.C. & Biklen, S.K. (1992). Qualitative research for education: An introduction to theory and methods. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Budiasmoro, Y. K. (2014). Membangun resiliensi kolektif masyarakat tradiisonal melalui pendidikan multikultural. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 2(1), 26-32.

Carius, A. (2006). Environmental cooperation as an instrument of crisis prevention and peacebuilding: Conditions for success and constraints. Report commissioned by the German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development.

Darmadji, A. (2011). Perilaku prososial vs kekerasan sosial: Sebuah tinjauan pendidikan sosial. Jurnal el-Tarbawi, 4(1), 27-34.

Denzin, N.K., & Lincoln, Y.S. (Ed). (2005) Handbook of qualitative research. London: Sage Publications

Depdikbud. (1996). Pengungkapan nilai budaya naskah kuno Kotaragama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

DP2AP Kabupaten Lombok Timur, (2017/2018). Laporan kekerasan anak di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Surabaya: Pustaka Eureka. (Edisi asli diterbitkan tahun 1996 oleh London: Sage Publications).

______. (1964). An Editorial. Journal of Peace Research, 1 (1), 1-4.

Fathurrahman, H. L. A. (2017). Kosmologi Sasak: Risalah inen paer. Mataram: Genius.

Flowers, N. (2000). The human rights education handbook. Minneapolis: University of Minnesota Human Rights Resource Center.

Fountain, S. (1999). Peace education in UNICEF. New York: Working Paper Education Section Programme Division UNICEF.

Hadjam, M. N. R., & Widhiarso, W. (2003). Budaya damai dan anti kekerasan: Peace and anti violence. Jakarta: Dirjen Pendidikan Menengah Umum.

Hamdi, S. (2014). Nahdlatul Wathan di era reformasi: Agama, konflik komunal dan peta rekonsiliasi. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta dengan Nawa Institute Kalimantan Timur.

Halstead, J. M. (Ed). (2005). Values and values education in school. In Values in education and education in values. London UK: Routledge Falmer Press.

Hasibuan, H. M. (2007). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Hendropuspito, D. (1989) Sosiologi sitematik. Yogyakarta: Kanisius.

Israil, et al. (2004). Dinamika pluralisme agama di Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Keislaman, 1 (1), 1-16.

Kartadinata, S., et al. (2015). Pendidikan kedamaian. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Kartawinata, A. M. (2011). Meretas kearifan lokal di tengah modernisasi dan tantangan pelestarian, dalam Nasrudin, dkk, Kearifan Lokal. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Khalikin, A., & Fathuri. (2016). Toleransi beragama di daerah rawan konflik. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Beragama Kementerian Agama RI.

Klare, M. T. (2002). Resource wars: The new landscape of global conflict. New York: Owl Books.

Kumbara, A. A. A., (2008). Kunstruksi identitas orang sasak di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Humaniora, 20(3), 315-326.

Leopold, A.(1949). A sand county almanac. New York: Oxford University Press.

Mahyuni. (2004). Indirectness pada masyarakat Sasak: Fenomena metapor. Jurnal Linguistik, 22(1), 89-103.

Mezirow, J. (1997). Transformative learning: Theory to practice. In P. Cranton (Ed.) Transformative learning in action: Insights from practice: New directions for adult and continuing education. San Francisco: Jossey-Bass.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis. London: Sage Publications.

Nimer, M. A. (2010). Nirkekerasan dan bina damai dalam Islam. Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi.

Permana, C. E. (2010). Kearifan lokal masyarakat Baduy dalam mengatasi mitigasi bencana. Jakarta: Wedata Widya Sastra.

Rawls, J. (2006). Teori keadilan: Dasar-dasar filsafat politik untuk wewujudkan kesejahteraan dalam negara. (Terjemahan Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Edisi asli diterbitkan pada tahun 1971 oleh Belknap Press).

Reardon, B. A. (2001). Education for a culture of peace in a gender perspective. Paris: UNESCO.

Rokeach, N. (1969). Beliefs attitude and values. San Franscisco: Jossey Bass

Samani, M., & Hariyanto. (2012). Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: Rosda Karya.

Sukri, M. (2013). Fungsi naskah Prudak Sina dalam kehidupan masyarakat Sasak dalam perspektif nilai agama dan pendidikan. Jurnal Lentera Pendidikan, 16(1), 16-34.

Sulistiati. (1993). Babad Selaparang. Jakarta: Depdibud RI.

Sumpeno, W. (2012). Pengarusutamaan perdamaian: Konsep, kebijakan, dan strategi dalam program pembengunan daerah. Aceh: Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP)

Suparman, L. G. (1994). Babad Lombok. Jakarta: Depdikbud RI.

______. (1994). Babad Sakra. Jakarta: Depdikbud RI.

Suprapto. (2013). Revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal bagi upaya resolusi konflik. Jurnal Walisongo, 21(1), 19-38.

Syapruddin, H. L. (2009). Revitalisasi nilai-nilai budaya Sasak dalam pengamalan dan penegakannya. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional di Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat.

TPMD NTB. (1977). Monografi daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Depdikbud RI Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Tumanggor, R. (2007). Pemberdayaan kearifan lokal memacu kesetaraan komunitas adat terpencil. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 12(1), 1-17.

Turay, T. M., & English, L. M. (2008). Towards a global culture of peace: A transformative model of peace education. Journal of Transformative Education, 6(4), 286-301.

Trijono, L. (2009). Pembangunan perdamaian pasca-konflik di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 13(1), 48-70.

van der Meij, D., (2005). Berfikir positif masyarakat Sasak dalam manuskrip-manuskrip di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dalam Bunga rampai budaya berpikir positif suku-suku bangsa. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI bekerjasama dengan Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Victorio, L. S. (2004). Global responsibility and local knowledge systems. A Millennium Assessment Paper Presented during the Bridging Scales and Epistemologies in the Millennium Ecosystem Assessment Conference held in Bibliotheca, Alexandria, in Egypt.

Wagiran. (2012). Pengembangan karakter berbasis kearifan lokal hamemayu hayuning bawana: Identifikasi nilai-nilai karakter berbasis budaya. Jurnal Pendidikan Karakter, 2(3), 329-339.




DOI: https://doi.org/10.21831/jipsindo.v7i1.30846

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.

JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia)

ISSN: 2355-0139 (Print) | 2615-7594 (Online)

Published by: Universitas Negeri Yogyakarta

Website: https://journal.uny.ac.id/index.php/jipsindo

Email: jipsindo@uny.ac.id


Visitor Statistic


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.