KLASIFIKASI KODE MUTU KAYU PROVINSI SULAWESI SELATAN

Khairil Khairil, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Indonesia

Abstract


ABSTRACT

 

Since wood regulations were revised in 2002, the strength classes of wood are no longer known as class I, II, III, IV and V but known as quality code. The highest quality code is E26 and the smallest is E10. With these changes, it is very possible to confuse the community, especially in the province of South Sulawesi in choosing the type of wood that will be used for construction. This study aims to classify the wood quality code in the province of South Sulawesi based on PKKI NI-5 2002.The study begins by choosing the woods in South Sulawesi to be testing the water content and density of that woods. The result of the tested are used to calculate flexural modulus of elasticity as a basis in determining the wood quality code. The result showed that from 18 kinds of wood studied, twelve kinds of wood have a quality code from E9 to E15 and another six do not have quality code. The six types of wood do not have quality code because the flexural modulus of elasticity of that wood less than 9000 MPa where that value is not classified in PKKI NI-5 2002.

Keywords: density, quality code of wood, wood in South Sulawesi, water content,

 

ABSTRAK

 

 

Sejak peraturan kayu direvisi pada tahun 2002,penggolongan kelas kuat kayu tidak lagi dikenal sebagai kelas kuat I, II, III, IV dan V namun dikenal dengan istilah kode mutu. Kode mutu terbesar adalah E26 dan yang terkecil E10. Dengan perubahan tersebut, makasangat mungkin dapat membingungkan masyarakat khususnya di provinsi sulawesi selatan dalam memilih jenis kayu yang akan digunakan untuk keperluan konstruksi.Penelitian ini bertujuanuntuk mengklasifikasikan kode mutu kayu yang beredar di provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan PKKI NI-5 2002. Penelitian diawali dengan memilih jenis kayu yang beredar di provinsi Sulawesi Selatan dan selanjutnya dilakukan pengujian kadar air dan kerapatan kayu  tersebut untuk digunakan dalam menentukan nilai modulus elastisitas lentur. Dengan nilai modulus elastisitas lentur yang tersebut, maka kode mutu kayu dapat ditentukan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 18 belas jenis kayu yang diuji,  dua belas jenis kayu memiliki kode mutu yaitu E9sampai E15 dan enam jenis kayu yang lain tidak memiliki kode mutu kayu. Keenam jenis kayu tersebut tidak memiliki kode mutu karena nilai modulus elastisas lenturnya lebih kecil dari 9000 MPa dimana nilai modulus elastisitas lentur tersebut tidak di klasifikasikan dalam PKKI NI-5 2002.

Kata kunci: kerapatan, kode mutu kayu, kayu provinsi Sulawesi Selatan, kadar air


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.21831/inersia.v13i1.14597

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Khairil Khairil

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

 

Publisher:                   Co-Publisher:

Indexed by:
 
  
 

Supported by:
Jurnal Ilmiah Magister Managemen
 

Social Media:


 Online (e-ISSN): 2528-388X  || Printed (p-ISSN): 0216-762X

Lisensi Creative Commons
INERSIA by https://journal.uny.ac.id/index.php/inersia/index was distributed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.