REPRESENTASI BANGSAWAN SASAK DALAM TEKS ANGIN ALUS MASYARAKAT SASAK

Dharma Satrya HD, Universitas Hamzanwadi, Indonesia
Zainul Muttaqin, Universitas Hamzanwadi, Indonesia

Abstract


Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan representasi bangsawan Sasak dalam teks Angin Alus masyarakat Sasak-Lombok. Pembahasan teks ini menggunakan perspektif semiotik Peirce dengan metode analisis Recouer. Pembahasan terdiri atas analisis struktur teks dan dunia yang digelar teks dan analisis hubungan pertama dan kedua dengan dunia penafsir. Hasil penelitian menemukan bahwa teks Angin Alus menunjukkan representasi kabar kesedihan orang Sasak dan bangsawan karena kehidupan membawanya ke suatu ruang yang memberikan penderitaan, baik dalam konteks historis Sasak maupun dalam konteks kekinian dengan konteks sosial yang berbeda. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat Sasak juga mengalami percampuran dengan pihak luar yang mempengaruhi caranya memandang kehidupan. Generari muda Sasak-Lombok harus memahami posisi sebagai buaq ate, kembang mate, generasi yang selalu berserah diri dan sebagai lomboq, dengan selalu mengembalikannya kepada yang satu (Sa Sak), yakni Tuhan. Perbedaan antara diri dan yang lain melebur menjadi Sasak-Lombok sekarang.

Kata kunci: representasi, masyarakat Sasak, kabar kesedihan, bangsawan

  

THE REPRESENTATION OF SASAK ARISTOCRATS IN SASAK COMMUNITY’S TEXT ANGIN ALUS

Abstract

This study aims to describe the representation of Sasak aristocrats in Sasak-Lombok community’s text Angin Alus. The discussion of the text used Peirce’s semiotic perspective and Recouer’s analysis method. It consisted of the analysis of the text structure and the world represented by the text and the analysis of the first and second relationships with the world of interpreters. The research finding reveals that the text Angin Alus shows the representation of the news of sadness of Sasak people and aristocrats because life brings them to a space that gives suffering, both in the historical context of Sasak and in the contemporary context with different social contexts. This indicates that Sasak community also experience mixing with outsiders that affect the way they view life. Sasak-Lombok young generation have to understand the positions as buaq ate and kembang mate, as a generation that always show submission and as lomboq by always returning it to the one (Sa Sak), namely God. The differences between the self and others merge into the present Sasak-Lombok.

Keywords: representation, Sasak community, Angin Alus, news of sadness, aristocrats


Keywords


angin alus, kabar kesedihan, Sasak yang lain

Full Text:

PDF

References


Alaini, Nining Nur. 2015. Stratifikasi Sosial Masyarakat Sasak dalam Novel Ketika Cinta Tak Mau Pergi Karya Nadhira Khalid, Jurnal Kandai, Volume 11 Nomor 1, hlm 110-123

Budiwanti, Erni. 2000. Islam Sasak: Islam Wetu Telu versus Islam Wetu Lima. Yogya­ karta: Lkis.

Fajri, Muhammad. 2015. Mentalitas dan Ideologi dalam Tradisi Historiografi Sasak-Lombok abad XIX-XX. UGM. Diser­ tasi Ilmu Sejarah.

Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fauzan, Ahmad. 2013. Mitologi Asal-Usul Orang Sasak (Analisis Struktural pemikiran orang Sasak dalam Tembang Doyan Neda). UGM. Tesis Antropologi.

Hagerdal, H. (2016). Expansion in the Sha­ dow of the Company. Bijdragen tot de Taal-, Land- en De Volkenkunde, 172 (2/3), pp 279-309.

Haryatmoko. 2015. Membongkat Rezim Ke­pastian, Pemikiran Kritis Post-Strukturalis. Yogyakarta: Beokoe Tjap Petroek.

Jamaludin. 2011. Sejarah Sosial Islam di Lombok tahun 1740-1935. Jakarta: Kementrian Agama.

Kingsley, Jeremy. 2011. Pelopor Perdamaian atau Perusak Perdamaian?: Pemilihan Kapala Daerah, Kepemimpinan Agama, dan Proses Perdamaian di Lombok, Indo­ nesia, dalam Kegalauan Identitas: Agama, Etnisitas, dan Kewarganegaraan pada masa PascaOrdebaru. Jakarta: Gramedia.

Lindquist, Johan. 2010. Labour Recruitment, Circuit of Capital and Gendered Mobility: Reconceptualizing the Indoesian Migration Industry. Pacific Affair, Volume 83 Nomor 1, hlm 115-132

Noth, Winfried. 1995. Handbook of Semiotik. Abd. Syukur Ibrahim (ed.). 2006. Surabaya: Universitas Airlangga.

Nuriadi. 2014. Mendefinisikan Orang Sasak melalui Habitusnya: “Pelagaq Lekong Belah,” dalam Prosiding Kongres Bahasa Daerah NTB, hal 227-242.

Trisnawati, Ida Ayu dkk. 2016. Strands of Gumi Sasak Pearl: Harmoni-based Tourism Product in Mataram City, West Nuda Tenggara Barat, dalam Mudra Journal of Art dan Culture Volume 31 Nomor 3, hlm 29 5-307.

Usup. 2011. Citra Pluralitas dan Religisitas Masyarakat Sasak di Lombok: Tinjauan Sosio-semiotik atas Ta Melak Mangan. Universitas Gajah Mada: Yogyakarta. Tesis.

Yudarta, I Gede & Pasek, I Nyoman. (2017). Kecimol Music as Cultral Idetification of Sasak Ethnic, dalam Mudra Journal of Art and Culture, Vol 32 Nomor 3, hlm 314-318

Yudarta, I Gede. 2016. Potensi Seni Pertun­ jukan Bali sebagai Penunjang Pariwisata di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, dalam Mudra Vol. 31 No. 1, hlm 37-53.




DOI: https://doi.org/10.21831/ltr.v17i1.15291

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




______________________

 

                                 

 

__________________________________________________________________________________________________

 

 

RJI Main logo

 

      

The International Journal of Linguistic, Literature, and Its Teaching at http://http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/ is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License

 __________________________________________________________________________________________________ 

 

Flag Counter