Bali mendongeng: Revitalisasi kearifan lokal yang memudar

Riza Wulandari, Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali, Indonesia
I Wayan Gede Lamopia, Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali, Indonesia

Abstract


Kehidupan anak era milenial kini menjadi lebih ironi, dukungan dari sajian media yang menawarkan sisi dunia kekinian menyebabkan generasi penerus bangsa luntur nilai-nilai kearifan lokal yang telah ada pada masa lampau. Tujuan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat pada target sasaran kelompok ibu-ibu rumah tangga Desa Manukaya adalah untuk memberikan edukasi kepada keluarga khususnya ibu yang memiliki peran penting di keluarga dalam mengantisipasi sikap negative dari dampak modernisasi. Focus Group Discussion di pilih dalam memecahkan masalah yang terjadi. Hasil dari kegiatan ini adalah tim pelaksana memberikan 2 kegiatan diantaranya adalah pertama memberikan edukasi tentang pentingnya kearifan lokal dan strategi mempertahankan kearifan lokal melalui mendongeng. Kedua memberikan pendampingan pelatihan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh kelompok ibu-ibu rumah tangga Desa Manukaya yaitu merajut. Dari potensi tersebut, diberikan kegiatan pendampingan pembuatan media boneka jari dengan cara merajut dan berbahan dasar flannel. Dari media boneka jari yang telah dibuat, diharapkan dapat diaplikasikan kepada anak-anak dalam mengajarkan kearifan lokal Bali melalui dongeng.

 

Bali Mendongeng: Revitalization of fading local wisdom

 

Abstract

The lives of the millennial era is now becoming more irony, the support of the media which offers dishes of the world side of the present generation successor Nations smudging local wisdom values that already exist in the past. The purpose of the community empowerment activities on the target objectives of the mother-homemaker village of Manukaya is to provide education to their families especially mothers who have an important role in the family in anticipation of a negative attitude from the impact the modernization. Focus Group Discussion on select in solving the case. The result of this activity is the implementing team provide activities such as the first two provide education about the importance of local wisdom and strategy of maintaining local wisdom through storytelling. Both provide a mentoring training in accordance with the potential that is owned by a group of mothers of households of the village of Manukaya that is knitting. From the potential, given the activities of accompaniment the creation of finger puppets knit and way made from flannel. From finger puppets that have been made, is expected to be applied to children of Bali's local wisdom in teaching through storytelling.


Keywords


revitalisasi kearifan lokal; Bali Mendongeng; Desa Manukaya; revitalizing local wisdom; Balinese Storytelling; Village Manukaya

Full Text:

FULLTEXT PDF

References


Adisasmita, R. (2006). Pembangunan pedesaan dan perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Antosa, Z. (2014). Pendekatan kearifan lokal untuk meningkatkan kemampuan apresiasi seni mahasiswa pendidikan Guru Sekolah Dasar Fkip Universitas Riau. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(2), 85-96.

Arifin, S. (2009). Studi agama: perspektif sosiologis dan isu-isu kontemporer. Malang: UMM Press.

Fukuyama, F. (2001). Social capital, civil society and development. Third World Quarterly, 22(1), 7-20.

Kurmia, N. (2005). Perkembangan teknologi komunikasi dan media baru: implikasi terhadap teori komunikasi. Mediator: Jurnal Komunikasi, 6(2), 291-296.

Maulina, E. I., Makhfudli, M., & Ulfiana, E. (2014). Perbedaan peran ibu dalam stimulasi perkembangan anak usia prasekolah pada ibu bekerja dan tidak bekerja di wilayah kerja Puskesmas Banyu Urip Surabaya. Indonesian Journal of Community Health Nursing, 3(1), 52-56.

Ramadhan, A. (2015). Disfungsional peran karang taruna dalam pelestarian kearifan lokal di Kampung Cireundeu. SOSIETAS, 6(2). Retrived from http://ejournal.upi.edu/index.php/sosietas/article/view/4107

Saddhono, K. (2016). Dialektika Islam dalam mantra sebagai bentuk kearifan lokal Budaya Jawa. AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 21(1), 83-98.

Sibarani, R. (2012). Kearifan lokal: hakikat, peran, dan metode tradisi lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Sulistiyani, A. T. (2004). Kemitraan dan model-model pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

Sutarman, U. (2017). Penerapan konsep kearifan lokal masyarakat sunda (sabilulungan) dalam pembelajaran sejarah. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 1(1), 33-36.

Suyatno, H. (2003). Pengembangan masyarakat: dari pembangunan sampai pemberdayaan. Yogyakarta: Aditya Media.

Utomo, S. B. (2013). Mendongeng dalam perspektif pendidikan. Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 3(01).

Wibowo, A., & Gunawan. (2015). Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di sekolah: konsep, strategi, dan implementasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




DOI: https://doi.org/10.21831/jppm.v6i1.23417

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat)

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat) indexed by:

 
 
Creative Commons License
JPPM (Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat) by http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/index is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

View My Stats