Analisis permasalahan pemerataan pendidikan di Kabupaten Sintang
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerataan pendidikan di Kabupaten Sintang dalam pelaksanaan pemerataan pendidikan dasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Subjek penelitian adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sintang, Kepala Dinas Pendidikan Cabang Kecamatan, dan Ketua PGRI (Informan Kunci), dan Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru (Informan Penunjang). Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah model analisis Spradley untuk menganalisis permasalahan pemerataan pendidikan di Kabupaten Sintang. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan utama. Pertama, pelaksanaan pemerataan pendidikan di Kabupaten Sintang terkendala akibat keadaan geografis dan sarana prasarana yang kurang. Kedua, partisipasi pendidikan di Kabupaten Sintang belum terlaksana maksimal karena program wajib belajar hanya mencapai 7 tahun. Ketiga kualifikasi guru di Kabupaten Sintang masih banyak belum yang memenuhi standar. Keempat, anggaran pendidikan yang berupa dana BOS belum memadai untuk dikelola oleh sekolah di daerah.
An analysis of equality matter in education in Sintang Regency
Abstract
The purpose of this study was to determine the equality in education in Sintang Regency that covered the implementation of basic education. This was a qualitative study using case study approach. The subject was the Head of Education Department, the Head of Education Department district, and the Chairman of PGRI (Key Informant), and the School Superintendent, principal, and teachers (Supportive Informant). Data collection technique used documentation and interviews. Analysis of the data was an analysis of Spradley’s model to analyze equality matter in education in Sintang. This research results in four major findings. First, the implementation of equality in education was constrained because of geographical condition and lack of infrastructure. Second, the participation of education in Sintang was only reached 7 years. Third, many teacher’s qualifications is still not fulfilling the standard. Fourth, education budget that form of BOS fund is not adequate to manage by schools in rural area.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Andi, T. N. (2013, September 1). Disdik Sintang: Ada BOS bukan berarti sekolah gratis. AntaraNews.Com. Retrieved from http://www.antarakalbar.com/berita/315833/disdik-sintang-ada-bos-bukan-berarti-sekolah-gratis
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Prioritas pembangunan, serta kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang. (2013). Kabupaten sintang dalam angka. Sintang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang.
Belcastro, A. T. (2015). Rebalancing quality education in a democratic society. Creative Education, 06(04), 428–439. https://doi.org/10.4236/ce.2015.64043
Hammond, L. D., & Sykes, G. (1999). Teaching as learning profession. (L. D. Hammond & G. Sykes, Eds.). San Fransisco: Jossey-Bass.
Hasanah, Y. M., & Jabar, C. S. A. (2017). Evaluasi program wajib belajar 12 tahun pemerintah daerah Kota Yogyakarta. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 5(2), 228. https://doi.org/10.21831/amp.v5i2.8546
Holsinger, D. B., & Jacob, W. J. (2008). Inequality in education: Comparative and international perspectives. (D. B. Holsinger & W. J. Jacob, Eds.). Hong Kong: Comparative Education Research Centre.
Kabupaten Sintang. (2010). Rencana pembangunan jangka menengah kabupaten sintang. Sintang. Sintang: Kabupaten Sintang.
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Kalimantan Barat. (2013). Profil pendidik dan tenaga kependidikan Kalimantan Barat. Pontianak: Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Kalimantan Barat.
Levin, B. (2003). Approaches to equity in policy for lifelong learining. In The Equity in Education Thematic Review. Paris: OECD.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar (2013).
Organisation for Economic Co-operation and Development. (2015). Education in indonesia: Rising to challenge. Paris: OECD Publishing.
Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (2014).
Spradley, J. P. (2007). Metode etnografi. (M. Z. Elizabeth, Trans.). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Supriadi, D. (2003). Satuan biaya pendidikan dasar dan menengah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. (2005). Decentralized education palnning implementing national EFA plans. UNESCO Asia Pacific Regional Bureu for Education.
Voicu, M. C. (2014). Using online questionnaires in the employee recruitment activity. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 124, 34–42. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.02.457
DOI: https://doi.org/10.21831/amp.v7i1.10923
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Our journal indexed by:
ISSN 2461-0550 (online) || ISSN 2337-7895 (print)
Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan by http://journal.uny.ac.id/index.php/jamp is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. |