Wacana mantra upacara Wiwit (Kajian Etnolinguistik)

Ines Ika Saputri, SMP Negeri 3 Kroya, Indonesia

Abstract


Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud, komponen, dan nilai budaya wacana mantra pada upacara wiwit. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan wujud wacana mantra yang khas dari desa Wonokerto dan tidak ada di desa lain. Komponen tutur diantaranya, waktu dilaksanakannya upacara tersebut adalah Minggu Legi, Minggu Kliwon, dan Rebo Pon, bertempat di sawah yang akan dipanen, peserta tuturnya adalah pemilik sawah atau orang yang dituakan di desa tersebut, pokok tuturannya berisi permintaan dan terimakasih, sarana tuturnya monolog berbahasa Jawa, tidak ada norma atau aturan tutur yang berarti dalam pembacaan mantra, kode ujaran menggunakan bahasa Jawa. Nilai budaya pada mantra upacara wiwit adalah hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Mantra tidak hanya sebagai bentuk ucapan, tetapi juga ucapan terima kasih, permohonan, dan harapan pembicara. Oleh karena itu, tradisi lisan ini perlu dilestarikan dalam budaya modern.


The discourse of mantra at wiwit ceremony (An ethnolinguistic study)

This study aimed to delineate the form, components, and value of peace implied in the cultural values of the mantra at the wiwit ceremony. As one of the local wisdom values that grew in society, it is important to reveal the meaning. The method used was descriptive qualitative with ethnolinguistic approaches. The results show the form of the discourse of mantra, the speech components, i.e. setting of the ceremony held on Minggu Legi, Minggu Kliwon, and Rebo Pon, in the fields that will be harvested, while the speech participants are the owner of the rice field or the elderly in the village, end, and goal of the mantra are instrumental and representational, act and sequence consisting a request and gratitude, key or manner is Javanese, the instrument of the mantra is a monologue, no norm or rule of speech in reciting the mantra, and this mantra have ethnography genre. The cultural values of the mantra illustrate the peace between human relationships with nature and with himself. The mantra is not only a form of speech, but also of gratitude, request, and hope of the speakers. Therefore, preserving this oral tradition in the modern culture is necessary.


Keywords


etnolinguistik, mantra, upacara wiwit

Full Text:

PDF

References


Aipassa, S. (2014). Wacana ritual panas pela Negeri Beinusa dan Mandalise Hatalaipessy (Kajian etnolinguistik). Universitas Gadjah Mada.

Anita, Syam, C., & Muzzammil, A. R. (2015). Struktur dan fungsi mantra pengobatan pada masyarakat Melayu Sambas. Khatulistiwa, 4(12), 1-13. https://doi.org/http://dx.doi.org/ 10.26418/jppk.v4i12.12592.

Ariyanto, D., & Nuryatin, A. (2017). Badik dalam “Mata Badik Mata” puisi karya D. Zawawi Imron: Perspektif Paul Ricoeur. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 6(2), 161-168. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka.

Bagea, A. (2013). Wacana kabanti menari pada masyarakat Mawasangka Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Universitas Gadjah Mada.

Djamaris, E., Jaruki, Muhammad, Sunardjo, Mu’jizah, & Mulyani S., Y. (1996). Nilai budaya dalam beberapa karya sastra nusantara: Sastra daerah di Kalimantan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Endraswara, S. (2012). Memayu hayuning buwana. Ampera Utama.

Endraswara, S. (2017). Metode penelitian etnografi budaya. UNY Press.

Halliday, M. A. K. (1973). Explorations in the functions of language. Edward Arnold.

Hamad, I. (2007). Lebih dekat dengan analisis wacana. Mediator: Jurnal Komunikasi, 8(2), 325-344. https://doi.org/10.29313/mediator.v8i2.1252.

Hasanah, A., Syihabuddin, S., Damaianti, V. S., & Sumiyadi, S. (2019). Rice cultivation spells and their relevance to literary learning: A riffaterre semiotic analysis. Proceedings of the Second Conference on Language, Literature, Education, and Culture (ICOLLITE 2018). https://doi.org/10.2991/icollite-18.2019.69.

Hymes, D. (Ed.). (2013). Foundations in sociolinguistics. Routledge. https://doi.org/10.4324/ 9781315888835.

Jatmiko, H. T. P., Setiawan, B., & Sulistyo, E. T. (2017). Fungsi bahasa dalam wacana lisan transaksi jual beli di Pasar Klewer Surakarta dan relevansinya sebagai materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. The 1st Education and Language International Conference Proceedings Center for International Language Development of Unissulla, 359-375.

Kabisch, E-M. (1985). Literaturgeschichte-kurzgefasst. Ernst-Klett.

Kartolo, R., & Fitriani, E. (2019). The wearing of charms tolak bala in avert on Malay Village Bagan Serdang Subdistrict Pantai Labu. Saudi Journal of Humanities and Social Sciences, 4(5), 381-383. https://doi.org/10.21276/sjhss.2019.4.5.11.

Koentjaraningrat. (2004). Kebudayaan, mentalitas, dan pembangunan. Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, H. (1993). Kamus linguistik. Gramedia Pustaka Utama.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1984). Qualitative data analysis: A sourcebook of new methods. Sage Publications.

Nastiti, T. S. (2020). Dewi Sri dalam kepercayaan masyarakat Indonesia. Tumotowa, 1-12. https://doi.org/10.24832/tmt.v3i1.48.

Rukesi, & Sunoto. (2017). Nilai budaya dalam mantra bercocok tanam padi di Desa Ronggo, Kecamatan Jaken, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kajian Fungsi Sastra. 1(1), 25-45.

Saddhono, K., Hartata, A., Muhamad, D., & Anis, Y. (2016). Dialektika Islam dalam mantra sebagai bentuk kearifan lokal budaya Jawa. AKADEMIKA, 21(1), 83-96.

Sudaryanto. (1993). Metode dan aneka teknik analisis bahasa: Pengantar penelitian wahana kebudayaan secara linguistik. Duta Wacana Press.

Sugianto, A. (2016). Stylistic study of Warok’s spells of Panaragan Javanese Ethnic (Kajian stilistika terhadap mantra Warok Etnik Jawa Panaragan). Leksema: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 1(2), 81-88. https://doi.org/10.22515/ljbs.v1i2.179.

Sulistijani, E. (2021). Ketegasan makna dalam rima (Phonetic form) puisi-puisi karya Wiji Thukul. Dalam S. Sugiharto, K. E. Sukamto, & Yanti (Eds.), Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kedua Puluh Satu (pp. 124-131). Unika Atma Jaya.

Sumarlam. (2009). Teori dan praktik analisis wacana. Pustaka Cakra.

Suwarno, S., Saddhono, K., & Wardani, N. E. (2018). Sejarah, unsur kebudayaan, dan nilai pendidikan karakter dalam legenda sungai Naga. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 11(2), 194. https://doi.org/10.26858/retorika.v11i2.5972.

Suwatno, E. (2004). Bentuk dan isi mantra. Humaniora, 16(3), 321-331.

Syarifuddin. (2008). Mantra nelayan Bajo di Sumbawa: Tinjauan bentuk dan isi (Makna). 20(1), 102-115. https://doi.org/10.22146/jh.v20i1.923.

Uniawati. (2006). Fungsi mantra Melaut pada masyarakat Suku Bajo di Sulawesi Tenggara. Departemen Pendidikan Nasional.

Wahyuddin, W., Yunus, N. H., & Jusniati, J. (2022). Analisis imaji pada lirik lagu Mandar: Suatu kajian stilitika. LINGUISTIK : Jurnal Bahasa Dan Sastra, 7(1), 17. https://doi.org/10.31604/linguistik.v7i1.17-26.

Winarni, D. S. (2017). Analisis kesulitan guru PAUD dalam membelajarkan IPA pada ANAK USIA DIni. Edu Sains: Jurnal Pendidikan Sains & Matematika, 5(1), 12. https://doi.org/10.23971/eds.v5i1.578.

Yusri, Y., Yunus, B., Yahya, Z., & Rohana, S. (2001). Struktur dan fungsi mantra bahasa Aceh. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.




DOI: https://doi.org/10.21831/hum.v28i2.57238

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

p-ISSN: 1412-4009 || e-ISSN: 2528-6722

Indexed by:

      

  


Creative Commons License
Jurnal Penelitian Humaniora by http://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


View Journal Stats

 

Flag Counter