Ilmuwan sosial berkarakter untuk Indonesia berkemajuan
Abstract
Social science is often considered the second caste in the current system, whereas social science provides a humanist face for humanity and nationality. Therefore social scientists need to convey their thoughts to proclaim the truth. Social scientists should have a distinctive character that makes it no less competitive with science and technology scientists. Social scientists have an important role in building Indonesia. This paper presents the exposure of the character of social humanities scientists to be able to contribute to humanitarian and national development. At least, there is one main character for a humanities social scientist plus three other characters. The main character for a social scientist is intelligent and morally puritanical. The second character for a social scientist is being wasathiyyah. The third character that social scientists need to have is being able to work with anyone. The fourth character is social scientists could build a center of excellence.
Ilmu sosial seringkali dianggap kasta kedua dalam sistem saat ini, padahal ilmu sosial memberikan wajah humanis bagi kemanusiaan dan kebangsaan. Oleh karena itu ilmuwan sosial perlu menunjukkan pemikirannya untuk mewartakan kebenaran. Ilmuwan sosial selayaknya memiliki karakter khas yang menjadikannya tidak kalah saing dengan ilmuwan sains dan teknologi. Ilmuwan sosial mempunyai peran penting dalam membangun Indonesia. Tulisan ini mengemukakan paparan karakter ilmuwan sosial humaniora untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan kemanusiaan dan kebangsaan. Setidaknya, ada satu karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial humaniora ditambah tiga karakter lanjutan. Karakter utama bagi seorang ilmuwan sosial ialah cerdas berilmu dan puritan secara moral. Karakter kedua bagi seorang ilmuwan sosial adalah bersikap wasathiyyah. Karakter ketiga yang perlu dimilki oleh ilmuwan sosial adalah mampu bekerjasama dengan siapa pun. Karakter keempat adalah ilmuwun sosial dapat membangun pusat keunggulan.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Alquran dan Terjemahnya. 2014. Jakarta. Kemenag R.I.
Ali Shariati. (1996). Tugas Cendekiawan Muslim. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Daniel Dhakidae. (2003). Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dendy Raditya Atmosuwito. (2018). “Kebijakan LPDP dan Nasib Ilmu Sosial Humaniora Kita”. Tirto.id. 4 Januari.
Bertens. K (2009). Perspektif Etika Baru, 55 Esai tentang Masalah Aktual. Yogyakarta: Kanisius.
Kompas. “Ilmu Sosial Mundur Picu Hoaks”, Senin, 16/4/2018.
Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan.
Pramoedya Ananta Toer. (2010a). Jejak Langkah. Jakarta: Lentera Dipantara.
Pramoedya Ananta Toer. (2010b). Rumah Kaca. Jakarta: Lentera Dipantara.
Sudiarja, A., G. Budi Subanar, St. Sunardi, T Sarkim (Peny). (2006). Karya Lengkap Driyarkara, Esai-esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Vedi R. Hadiz dan Daniel Dhakidae. (2006). Ilmu Sosial dan Kekuasaan di Indonesia. Jakarta: Equinox.
DOI: https://doi.org/10.21831/hum.v18i2.29236
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Benni Setiawan
Supervised by
Our Journal has been Indexed by
Humanika: Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum by http://journal.uny.ac.id/index.php/humanika is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.