Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 September 2018 di Kota Palu dan Kabupaten Donggala mengakibatkan dampak kerusakan yang besar. Pendataan daerah terdampak gempa menjadi hal yang sangat penting karena menentukan tindakan penanganan bencana. Proses pendataan dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti survei langsung dan survei tak langsung. Survei tak langsung memiliki beberapa keunggulan yaitu cepat dan area yang disurvei luas. Beberapa metode survei tak langsung antara lain penggunan penginderaan jauh pasif seperti citra optis dan penginderaan jauh aktif seperti SAR. Penggunaan metode SAR menjadi alternatif yang dapat digunakan dikarenakan tidak terhambat oleh awan dan cahaya matahari sehingga dapat digunakan dalam berbagai keadaan. Hasil pengolahan data SAR menggunakan metode InSAR dapat mengidentifikasi kerusakan area terdampak menggunakan penurunan nilai coherence. Seperti yang ditunjukkan pada penelitian ini daerah kecamatan Palu Timur mengalami kerusakan paling besar dengan penurunan nilai coherence sebesar 0,3694. Tetapi ada beberapa kelemahan dalam metode InSAR ketika daerah yang diteliti berupa tutupan vegetasi maka hasilnya akan tidak sesuai seperti daerah likuifaksi yang berada di Sidera Jono Oge yang hanya terjadi penurunan 0,064 padalah terjadi peristiwa likuifaksi.