SESAJI KUPAT DALAM TRADISI GUMBREGAN DI DESA KEMIRI KECAMATAN TANJUNGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Ida Sulastri, FBS UNY
Suharti Suharti, FBS

Abstract


Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan makna simbolik dan manfaat sesaji kupat dalam tradisi Gumbregan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam. Data  dianalisis dengan teknik induktif dan keabsahan data dengan triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, sesaji kupat adalah salah satu bagian sesaji yang digunakan dalam tradisi berujud kelonthongan yang dibuat dari anyaman janur yang diisi beras, direbus sampai matang digunakan pada acara makan ternak dan kendhuren. Sesaji kupat digunakan pada ritual makan ternak atau sapi pada saat ngalungi sapi, makani sapi, dan masang kupat di kandhang. Sesaji kupat yang digunakan pada ritual kendhuren adalah kupat luwar. Kedua, makna simbolik sesaji kupat yang digunakan pada acara makan ternak dan kendhuren, untuk ngluwari ujar pemilik ternak karena ternaknya selamat, ndrebala, dan selanjutnya pemilik dan ternaknya dijauhkan dari gangguan apapun, selalu mendapat lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga, manfaat kupat pada tradisi Gumbregan bagi masyarakat pendukungnya yaitu: (a) manfaat spiritual, (b) manfaat sosial, dan (c) manfaat pelestari tradisi.

Keywords


sesaji kupat, tradisi ternak, tradisi Gumbregan

Full Text:

XML PDF

References


Bratasiswa, H. 2000. Bauwarna Adat Tata Cara Jawa. Buku 1 (A-M). Jakarta: Yayasan Suryasumirat.

Moleong, L. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda-karya.

Danandjaja, J. 1986. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafitipers.

Herusatoto, B. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak.

Mulyani, H., Widyastuti, S. H., & Ekowati, V. I. 2016. “Tumbuhan Herbal sebagai Jamu Pengobatan Tradisional ter-hadap Penyakit dalam Serat Primbon Jampi Jawi Jilid I”. Humaniora, 21(2), 73-91.

Moertjipto, dkk. 1996/1997. Wujud, Arti, dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Masyarakat Pendukungnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud.

Poerwadarminta, W. J. S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: B. Wolters Uitgevers Maatschappij Groningen.

Rusmawati, & Suharti. 2016. “Tradhisi Larungan Buceng Agung di Telaga Ngebel sebagai Sarana Penarik Wisatawan”. Humaniora, 21(2), 99-108.




DOI: https://doi.org/10.21831/hum.v22i1.19102

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




p-ISSN: 1412-4009 || e-ISSN: 2528-6722

Indexed by:

      

  


Creative Commons License
Jurnal Penelitian Humaniora by http://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


View Journal Stats

 

Flag Counter